Jakarta adalah daerah yang sangat padat, banyak gedung bertingkat, dan lahan kosong pun sangat sulit ditemukan di sana. Macet seakan sudah menjadi pemandangan yang biasa di Jakarta. Namun jika ingin melihat sisi lain dari Jakarta, kamu bisa berkunjung ke Kepualauan Seribu, karena di sana terdapat banyak pulau-pulau yang cantik, eksotis, dan juga menyimpan sejarah panjang bagi perjalanan bangsa Indonesia. Salah satu pulau yang cukup bersejarah di sana adalah Pulau Onrust, pulau yang terletak dekat dengan Pulau Bidadari, Pulau Kelor, dan Pulau Cipir. Tidak hanya bersejarah, konon pulau dengan luas sekitar 7,6 hektare atau 12 hektar sebelum terkena abrasi itu juga menyimpan misteri yang cukup membuat bulu kuduk merinding.
Sejarah Nama Pulau Onrust
Pulau Onrust, begitulah nama dari pulau yang satu ini. Dinamakan demikian karena pulau ini memang tidak pernah beristirahat, dan dalam Bahasa Belanda, ‘onrust’ berarti kegelisahan. Memang, sejak zaman pendudukan kolonial Belanda dan pemerintahan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pulau ini terus dipaksa bekerja setiap hari. Pada tahun 1619, Belanda memutuskan untuk menduduki pulau yang satu ini dengan tujuan agar memudahkan rencana mereka dalam mengepung Batavia, kota yang kini bernama Jakarta. Karena dari Jakarta, kamu hanya tinggal menempuh perjalanan laut sekitar 15 hingga 20 menit untuk sampai di Pulau Onrust. Seiring dengan berjalannya waktu, Pulau Onrust dijadikan sebagai lokasi galangan kapal, sehingga kapal-kapal milik VOC dibangun dan juga diperbaiki di pulau yang satu ini. Karena alasan itu, Pulau Onrust juga disebut sebagai Pulau Kapal, karena menjadi pusat aktivitas perkapalan Belanda di sekitar Batavia. Selain membangun galangan kapal yang menghadap ke Pulau Cipir, penjajah Belanda juga membangun beberapa sarana penunjang seperti halnya kincir angin, benteng, hingga dermaga.
Pada tahun 1883, galangan kapal Belanda dan berbagai fasilitas lainnya di Pulau Onrust rusak karena diterjang tsunami hasil letusan dahsyat dari Gunung Krakatau pada 26-27 Agustus 1883. Setelah cukup lama tertidur, Pulau Onrust kembali beroperasi pada tahun 1911 hingga 1933, dan pihak Belanda menjadikannya sebagai pusat penanganan penyakit tuberkulosis (TBC). Kala itu, pulau ini juga sempat dijadikan sebagai karantina jemaah haji Indonesia sebelum dipulangkan ke rumahnya masing-masing. Hal itu dilakukan Belanda karena mereka khawatir bahwa jemaah yang jumlahnya ribuan orang itu akan membawa virus berbahaya yang di bawa dari luar negeri, mereka juga takut bhawa jemaah akan memberikan pengaruh buruk bagi situasi Belanda di Indonesia, khususnya Batavia, seperti halnya membawa semangat perjuangan untuk melawan penjajah. Kemudian pada masa pendudukan Jepang, Pulau Onrust dijadikan sebagai penjara bagi tahanan kelas berat. Berbagai kasus penyiksaan konon terjadi juga di pulau ini
Berhentinya Aktivitas di Pulau Onrust
Kemudian aktivitas di Pulau Onrust baru berhenti pada tahun 1968, dan dinyatakan sebagai pulau tak berpenghuni. Kemudian masyarakat sekitar Kepulauan Seribu membongkar dan menjarah berbagai material bangunan peninggalan bangsa penjajah di Pulau Onrust. Kini pulau ini tak lagi bekerja keras, dan akan menyambut siapa pun wisatawan yang datang dengan pemandangan alam yang eksotis serta mengajak mereka besenang-senang untuk menikmati keindahannya.
Misteri Pulau Onrust
Selain bersejarah, Pulau Onrust juga cukup menyeramkan. Menurut penjaga pulau, di sana sering terdengar suara-suara yang cukup misterius hingga penampakan yang cukup menyeramkan. Kesan angker Pulau Onrust juga semakin bertambah karena adanya makam-makam kuno, yang diyakini sebagai makam orang Belanda. Kisah misteri yang paling terkenal di Pulau Onrust adalah keberadaan hantu noni Belanda yang bernama Maria Van de Velde, di mana sosoknya sering menampakkan diri dengan menggunakan busana khas Belanda. Menurut cerita turun menurun, sebelum meninggal Maria sempat dibuat kecewa karena sang pujaan hati tak kunjung datang menghampirinya di hari pernikahannya. Hal itu terjadi karena pernikahannya tidak disetujui atau direstui oleh orang tuanya, dan sang pujaan hati sengaja diikutkan oleh orang tuanya ke pasukan militer Belanda agar ia segera meninggal dalam bertempur. Kecewa dengan keputusan orang tuanya, Maria akhirnya bunuh diri, dan arwahnya dipercaya sering menampakkan diri di Pulau Onrust.