Curug 7 Lingga Pura merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup bersejarah. Sebab memiliki suatu kisah tersendiri yang sangat mengenang dan mempunyai peran sangat penting bagi kelangsungan destinasi wisata ini.
Destinasi wisata curug ini juga menjadi destinasi wisata favorit semua orang. Serta menjadi wisata unggulan dari daerah Lampung Tengah. Karena hal itu pula destinasi wisata ini sangat rekomended bagi siapapun yang mengunjungi daerah Lampung Tengah.
Sementara untuk pesona dari Curug 7 Lingga Pura sangat mempesona. Dengan suasana alam khas pegunungan yang sangat menyejukkan dan air jernih membuat curug ini sangat sempurna.
Kisah Dibalik Pesona Curug 7 Lingga Pura
Dilihat dari namanya, curug 7 Lingga Pura seperti sebuah curug yang tergolong ke dalam curug bertingkat. Namun kondisi dari destinasi wisata ini cukup berbeda dari nama destinasi wisata itu sendiri. Karena pada dasarnya curug 7 Lingga Pura hanya curug biasa / curug tunggal dan sama sekali tidak bertingkat.
Berdasarkan suara riwayat, curug 7 Lingga Pura menjadi destinasi wisata yang memiliki sebuah kisah yang cukup menarik. Kisah tersebut menjadi suatu alasan dibalik penamaan curug 7 ini dan keberadaan dari desa tempat dimana curug tersebut berlokasi.
Kisah ini terjadi pada era Order Lama yang merupakan masa dimana Indonesia baru saja mendapat kemerdekaan. Tepatnya pada tahun 1954.
Keberadaan dari curug 7 Lingga Pura, diperkenalkan pertama kali oleh Bp Daim Djadjuli yang merupakan salah satu anggota rombongan transmigrasi dan sekaligus sebagai kepala tebang BRN ( Biro Rekonstruksi Nasional). Program transmigrasi tersebut diselenggarakan oleh TNI AD (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat).
Program transmigrasi tersebut diadakan dalam rangka transmigrasi beberapa keluarga yang merupakan pejuang yang berasal dari Jawa Barat. Khususnya yang berasal dari Batujajar, Cililin. Serta merupakan binaan dari Kodam Siliwangi.
Dalam rombongan transmigrasi bp Daim Djadjuli, ada 5 orang anggota. Kelima orang tersebut diberi suatu tanah garapan untuk ditebang sesuai dengan perintah dari Pemerintah Dewan Negri Seputih Barat. Daerah tersebut berada di wilayah Hutan Gedong Harta bagian barat.
Setelah penebangan sebagian wilayah hutan Gedong Harta, area bekas penebangan dijadikan sebagai pemukiman. Pemukiman tersebut diberi nama dengan Lingga Pura. Lingga memiliki arti bangunan / tempat berteduh. Sedangkan pura diambil dari kata Hampura yang berarti maaf dalam bahasa sunda. Jadi arti dari nama Lingga Pura yaitu sebuah tempat untuk meminta maaf.
Perkembangan pemukiman dari Lingga Pura sangat pesat. Bahkan pemukiman yang mulanya hanya terdiri dari beberapa rumah, kini terbagi menjadi beberapa kampung, yaitu Margajaya, Pekandangan, Gedong Aji dan Lingga Pura itu sendiri. Sementara untuk pusat pemukiman yaitu Lingga Pura.
Ketika dilakukan suatu penebangan di area Hutan Gedong Harta, ditemukan sebuah curug / air terjun. Lalu curug hasil temuan tersebut diberi nama Curug 7 Lingga Pura.
Arti kata 7 tersebut merupakan suatu kata yang mewakili 7 anggota penebang hutan Gedong Harta. Ketujuh anggota tersebut yaitu bp Daim Djadjuli dan kelima anggotanya serta seorang pribumi / penduduk setempat yang turut andil dalam penebangan tersebut.
Berikut ini adalah daftar 7 rombongan Penebang hutan Gedong Harta :
– Daim Djadjuli
– H Adna Daya Utama
– Uho Campang Curiga
– Ogan Sundana
– Ohim
– Endang Sura Manggala
– Suttan Paksi
Lokasi Curug 7 Linga Pura
Curug 7 Lingga Pura terletak di Ds Margajaya, Padang Ratu, Lampung. Letaknya berada di kawasan hutan register 39. Untuk akses lokasi tersebut dapat dijumpai dengan akses Google map. Namun untuk keyword yang digunakan bukan curug 7 Lingga Pura, melainkan curug 7 Margajaya.
Perbedaan dari kedua nama tersebut disebabkan oleh lokasi dari destinasi wisata ini yang pada dasarnya berada di wilayah Margajaya. Serta bukan berada di wilayah Lingga Pura. Walaupun mulanya daerah tersebut bernama Lingga Pura.
Ada suatu hal yang perlu untuk diketahui oleh setiap orang. Wilayah hutan yang menjadi lokasi curug 7 Lingga Pura merupakan wilayah zona merah. Yang mana zona / area tersebut tidak boleh dihuni oleh siapapun juga. Ataupun hanya sekedar mendirikan sebuah bangunan untuk bisnis, termasuk warung kecil dengan ukuran 1 meter. Hal tersebut berlaku bagi setiap orang, termasuk penduduk Margajaya.
Bahkan beberapa penduduk Margajaya ditransmigrasikan ke daerah lain, seperti Tulang Bawang. Transmigrasi tersebut juga merupakan sebuah program dari pemerintah. Sehingga wilayah di hutan register 39 sangat sepi, serta tidak akan dijumpai penduduk setempat satu pun. Namun kondisi sekitar sangat aman. Hal ini membuat para pengunjung tidak perlu merasa khawatir akan motor yang diparkir dengan lokasi cukup jauh dari letak Curug 7 Lingga Pura.
Kondisi jalan yang menuju ke curug 7 Lingga Pura sangat ekstream. Bahkan mungkin menjadi satu – satunya tempat wisata yang mempunyai jalur tracking paling ekstream di Indonesia.
Jalur tracking tersebut merupakan jalur jungle track. Sehingga perjalanannya pasti akan terasa sangat melelahkan dan menguras tenaga. Apalagi jalur tersebut sangat tidak memungkinkan untuk dilalui sepeda. Sehingga sebelum melakukan perjalanan menuju ke destinasi curug 7 Lingga Pura, persiapkan terlebih dahulu perbekalan yang lengkap. Entah itu dibawa dari rumah / beli saat perjalanan menuju ke Ds Margajaya. Perbekalan juga harus lengkap mulai dari makanan hingga minuman, serta vitamin supaya tidak jatuh sakit karena kelelahan.
Membawa perbekalan menjadi suatu hal yang wajib saat mengunjungi destinasi wisata curug 7 Lingga Pura. Karena di lokasi tersebut sama sekali tidak terdapat area food court apapun. Jalur tracking hanya berupa jalan setapak sepanjang ±1km daripada lokasi curug. Lalu jalan dipenuhi dengan bebatuan besar dan juga jurang. Terlebih lagi jalur tracking belum terdapat pengaman apapun. Sehingga harus ekstra berhati – hati.
Pesona Curug 7 Lingga Pura
Curug 7 Lingga Pura memiliki ketinggian ±75 meter. Curug tersebut terdiri dari 4 buah curug dan sebuah kolam. Lalu kondisi curug tidak pernah surut, hanya saja saat musim kemarau debit air lebih sedikit.
Entah debit air banyak maupun sedikit, sama tidak akan mempengaruhi pesona alam curug 7 Lingga Pura. Curug ini terlihat sangat megah dengan air yang mengalir dari tebing yang menjulang tinggi.
Saat debit air penuh, pesona curug akan menjadi seperti sebuah tebing yang dihiasi dengan awan. Hal itu disebabkan oleh kondisi air sangat jernih dan belum tercemar sama sekali. Untuk merasakan kejernihan dari air, pengunjung pun dapat mandi di kolamnya.
Sekilas, kondisi arus curug sangat deras dan berbahaya. Namun kondisi air kolam sangat berbeda jauh dari arus air terjun. Kolam cukup tenang, sehingga sangat aman bila melakukan aktivitas di dalam kolam. Seperti berenang maupun free cliff jumping. Kolam pun juga tidak terlalu dalam. Jadi tidak perlu takut akan resiko tenggelam walaupun tanpa dilengkapi dengan pengamanan apapun.
Curug 7 Lingga Pura dikelilingi oleh bebatuan yang cukup besar. Dengan kondisi tersebut, membuat curug ini terlihat cukup mempesona dan terlihat sempurna.