Desa Wisata Sade, yang terletak di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, adalah salah satu destinasi budaya yang menawarkan pengalaman autentik bagi para pengunjung. Desa ini dikenal sebagai pusat budaya Suku Sasak, yang merupakan suku asli Lombok, dan mempertahankan tradisi serta gaya hidup yang telah diwariskan secara turun-temurun. Dengan rumah-rumah tradisional yang khas, tarian adat, dan kerajinan tenun yang rumit, Desa Sade bukan hanya menjadi tempat wisata, tetapi juga menjadi cerminan kehidupan tradisional yang tetap lestari di tengah arus modernisasi. Mengunjungi Desa Sade adalah sebuah perjalanan yang membawa pengunjung kembali ke masa lalu, menyelami kekayaan budaya dan kearifan lokal yang unik dan memikat.
Arsitektur Tradisional
Desa Sade di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, terkenal dengan arsitektur tradisionalnya yang khas, mencerminkan budaya dan kearifan lokal Suku Sasak. Rumah-rumah di desa ini dibangun menggunakan bahan-bahan alami yang tersedia di sekitar, seperti bambu untuk dinding dan tiang, serta alang-alang kering untuk atap. Penggunaan bambu sebagai bahan utama konstruksi memberikan fleksibilitas dan kekuatan pada bangunan, sekaligus mempertahankan estetika yang harmonis dengan alam sekitar.
Keistimewaan dari atap alang-alang terletak pada kemampuannya dalam menyesuaikan suhu di dalam rumah. Atap ini mampu menyejukkan ruangan saat cuaca terik di siang hari, sementara pada malam hari, ia memberikan kehangatan yang nyaman bagi para penghuni. Ini menjadi solusi alami yang cerdas untuk mengatasi iklim tropis Lombok.
Lantai rumah di Desa Sade juga memiliki keunikan tersendiri, terbuat dari campuran tanah liat dan sekam padi. Campuran ini tidak hanya memberikan tekstur alami dan estetika tradisional, tetapi juga berfungsi sebagai isolator termal, menjaga suhu di dalam rumah tetap stabil. Selain itu, lantai ini secara rutin dibersihkan dengan kotoran kerbau yang dicampur air, sebuah praktik tradisional yang dipercaya dapat memperkuat lantai dan menjaga kebersihan rumah. Arsitektur ini tidak hanya menunjukkan keindahan estetika, tetapi juga kecerdasan dalam memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Struktur dan Fungsi Rumah
Di Desa Sade, rumah-rumah tradisional tidak hanya menarik dari segi arsitektur, tetapi juga memiliki struktur dan fungsi yang kaya akan nilai budaya. Setiap rumah dibangun dengan perhatian khusus terhadap detail, mencerminkan kehidupan dan kepercayaan masyarakat Suku Sasak. Rumah-rumah ini dirancang tidak hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai ruang yang memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi, dan spiritual penghuni. Struktur rumah-rumah ini mencerminkan hierarki dan status sosial dalam komunitas, serta peran penting yang dimainkan dalam menjaga tradisi dan adat istiadat lokal. Rumah-rumah di Desa Sade memiliki tiga bagian utama:
- Bagian Depan: Digunakan untuk tidur oleh kaum pria dan orang tua.
- Bagian Dalam: Dicapai melalui beberapa anak tangga, bagian ini berisi dapur, lumbung, dan tempat tidur perempuan.
- Ruangan Kecil: Bagian ini digunakan sebagai tempat melahirkan.
Setiap rumah juga dikategorikan menjadi tiga tipe berdasarkan fungsinya:
- Bale Bonter: Rumah yang dimiliki oleh pejabat desa.
- Bale Kodong: Digunakan untuk pasangan yang baru menikah atau orang tua yang sudah jompo.
- Bale Tani: Rumah tempat tinggal keluarga.
Kebiasaan Unik dalam Perawatan Rumah
Kebiasaan unik masyarakat Desa Sade dalam merawat rumah mereka melibatkan penggunaan kotoran kerbau sebagai bahan pembersih lantai, yang dilakukan sekitar seminggu sekali. Praktik ini mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang, tetapi bagi warga Desa Sade, ini adalah cara yang sudah dilakukan turun-temurun dan terbukti efektif. Kotoran kerbau yang segar dicampur dengan sedikit air, lalu digosokkan pada lantai rumah yang terbuat dari campuran tanah liat dan sekam padi. Setelah kotoran ini mengering, lantai disapu bersih dan digosok dengan batu, menghasilkan permukaan yang halus dan bersih tanpa meninggalkan bau yang menyengat.
Tradisi ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga kebersihan lantai dari debu dan kotoran, tetapi juga memiliki manfaat lain yang lebih mendalam. Penggunaan kotoran kerbau dipercaya dapat memperkuat struktur lantai, menjadikannya lebih tahan lama. Selain itu, lantai yang dirawat dengan cara ini diyakini mampu menghangatkan rumah di malam hari, memberikan kenyamanan tambahan bagi penghuni. Kotoran kerbau juga dikenal memiliki sifat alami yang dapat mengusir serangga, sehingga membantu menjaga rumah tetap bebas dari hama.
Tenun Tradisional
Masyarakat Desa Sade terkenal dengan keterampilan menenun kain tradisional yang merupakan bagian integral dari budaya mereka. Proses pembuatan kain tenun dimulai dengan pemintalan kapas menjadi benang halus. Benang-benang ini kemudian diwarnai menggunakan pewarna alami, yang memberikan warna-warna khas dan menambah keindahan kain. Setelah proses pewarnaan, benang-benang tersebut ditenun menggunakan alat tenun tradisional yang terbuat dari kayu dan bambu. Proses ini memerlukan ketelitian dan keterampilan tinggi, dan pembuatan kain songket sepanjang dua meter, misalnya, bisa memakan waktu antara dua minggu hingga tiga bulan, tergantung pada kompleksitas desain yang diinginkan.
Kain-kain tenun yang dihasilkan tidak hanya menjadi barang dagangan, tetapi juga simbol budaya dan identitas masyarakat Desa Sade. Di berbagai sudut desa, terdapat kios-kios yang menjual kain tenun ini, yang berfungsi sebagai koperasi yang dikelola oleh kelompok-kelompok kecil. Kios-kios ini tidak hanya menyediakan tempat bagi masyarakat untuk menjual karya mereka, tetapi juga menjadi pusat interaksi sosial dan ekonomi. Menariknya, para gadis di Desa Sade diwajibkan untuk mempelajari keterampilan menenun sebelum menikah. Keterampilan ini dianggap sebagai syarat penting untuk memasuki kehidupan pernikahan, menjadikannya sebagai elemen penting dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal mereka.
Kehidupan Masyarakat dan Pariwisata
Desa Sade di Lombok tetap teguh dalam mempertahankan keaslian budaya Suku Sasak sebagai bagian dari upaya mempromosikan pariwisata budaya yang bertanggung jawab. Masyarakat Desa Sade menjalani kehidupan yang sangat sederhana, tetap setia pada tradisi dan adat istiadat mereka meskipun ada dorongan modernisasi di sekitarnya. Mereka mempraktikkan gaya hidup tradisional yang telah diwariskan turun-temurun, dari arsitektur rumah yang unik hingga metode perawatan rumah yang khas.
Sebagai wisatawan, penting untuk mendekati kunjungan ke Desa Sade dengan sikap kepedulian, tanggung jawab, dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan penduduk setempat. Konsep ekowisata, yang menjadi landasan bagi pengembangan pariwisata di desa ini, menekankan pentingnya konservasi alam dan pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal. Wisatawan diharapkan untuk menghormati tradisi yang ada, menjaga kebersihan lingkungan, dan mendukung ekonomi lokal dengan berbelanja produk-produk kerajinan tangan dan kain tenun yang diproduksi oleh penduduk desa.
Ekowisata dan Konservasi Budaya
Desa Sade, yang kini berstatus sebagai desa wisata, menjadi contoh cemerlang bagaimana ekowisata dapat berperan dalam pelestarian budaya dan konservasi lingkungan. Label ini memungkinkan budaya Suku Sasak yang unik tetap terjaga dan terus dinikmati sebagai bagian integral dari keragaman budaya Indonesia. Masyarakat setempat secara aktif mendukung dan terlibat dalam upaya ini dengan tetap menerapkan gaya hidup tradisional yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Di Desa Sade, para pengunjung dapat merasakan langsung keaslian budaya Sasak melalui berbagai atraksi yang ditawarkan. Wisatawan bisa menyaksikan tarian tradisional yang memukau, menghadiri upacara adat yang sarat makna, dan mengamati proses pembuatan kain tenun secara langsung. Tarian tradisional, seperti “Gendang Beleq,” tidak hanya menampilkan keindahan gerakan tetapi juga menceritakan kisah dan nilai-nilai budaya yang mendalam. Upacara adat, seperti pernikahan dan ritual-ritual lainnya, memberikan pandangan mendalam tentang kepercayaan dan praktik spiritual masyarakat Sasak.
Lokasi dan Akses
Desa Sade adalah salah satu dusun di Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Desa ini merupakan Desa Adat Suku Sasak yang terletak di samping jalan raya Praya-Kuta, sekitar 30 kilometer dari Kota Mataram. Untuk mencapai Desa Sade, perjalanan memakan waktu sekitar satu jam dengan kendaraan dari Mataram, menjadikannya destinasi yang mudah dijangkau.
Kesimpulan
Desa Sade adalah tempat yang wajib dikunjungi bagi mereka yang ingin menyelami budaya dan tradisi Suku Sasak. Dengan arsitektur rumah yang unik, kebiasaan hidup yang menarik, serta keterampilan menenun yang diwariskan turun-temurun, Desa Sade menawarkan pengalaman budaya yang otentik dan berharga.