Makam Tun Sri Lanang terletak di Desa Lueng, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Makam ini berada di sebelah timur bangunan Istana Tuan Sri Lanang dan dilindungi pagar pembatas setinggi 0,9. Setiap harinya selalu ada pengunjung yang datang ke makam ini. Namun siapa sebenarnya Tun Sri Lanang?
Sebelum ditemukannya makamnya pada tahun 2004 oleh ahli waris, tidak ada yang mengetahui siapa itu Tun Sri Lanang. Bahkan warga Desa Lueng juga mengaku tidak banyak tahu tentang siapa beliau. Seiring ditemukannya makam tersebut, kini hamper seluruh warga sekitar dan masyarakat Aceh mengenal siapa itu Tun Sri Lanang.
Yang Menarik dari Makam Tun Sri Lanang Aceh
Tun Sri Lanang merupakan seorang ahli pemerintahan dan pujangga Melayuu dengan karyanya yang monumental. Karyanya adalah Kitab Salalatus Salatin. Bahkan sosok Tun sri Lanang merupakan sosok yang penting, sebab jika bukan karena kitab Salalatus Salatinnya tersebut, tidak aka nada sejarah Singapura karena yang ada adalah sejarah modern sejak masa pemerintahan Rafless.
Sedangkan di Negeri Johor, Malaysia, nama Tun Sri Lanang sudah tidak asing lagi sebab namanya diabadikan sebagai nama sekolah dan perguruan tinggi. Nah, sebelum mengunjungi Makam Tun Sri Lanang, sebaiknya kamu mengetahui terlebih dulu tentang Tun Sri Lanang yang sudah mengukir sejarah di Melayu, khususnya Malaysia dan Aceh.
- Peristiwa Perang Tiga Segi
Perang Tiga Segi merupakan perang antara tiga kekuatan besar di Melayu pada zaman dulu yaitu antara Aceh, Johor, dan Portugis. Perang ini berlangsung selama 130 tahun yang disebabkan adanya persaingan sengit terhadap penguasaan perdagangan di Selat Malaka. Selat Malaka merupakan jalur perdagangan penting yang menghubungkan semenanjung Arab, Asia Selatan, dan Dataran Tiongkok di Kawasan Asia.
Singkat cerita, pada tahun 1613 Johor kalah dari Aceh yang membuat Sultan Alauddin Riayat Syah, dan para bangsawan termasuk Tun Sri Lanang dibawa ke Aceh sebagai tawanan perang. Perang Tiga Segi ini telah memakan banyak korban. Dan peristiwa ini selalu dihubungkan dengan Tun Sri Lanang.
- Memimpin Samalanga
Saat menjadi tawanan pada Perang Tiga Segi, Tun Sri Lanang mendapat kepercayaan dari Sultan Iskandar Muda. Tun Sri Lanang akhirnya diangkat sebagai Uleebalang (hulubalang) di negeri taklukan kerajaan Aceh yaitu Samalanga.
Di masa ini, beliau diberi gelar Oranga Kaya Datuk Bendahara Sri Paduka Tun seberang, memimpin kerajaan Samalanga dan menjadi penasehat tiga sultan kerajaan Aceh Darussalam.
Selama masa kepemimpinannya, Tun Sri Lanang mampu memajukan Samalanga sebagai pusat Pendidikan dengan membangun berbagai madrasah dimana orang-orang bisa menuntut ilmu agama dan sastra. Bahkan hingga kini madrasah-madrasah tersebut ada hingga saat ini.
- Tentang Sulalatus Salatin
Kembali lagi pada sulaltus Salatin yang merupakan karya dari Tun Sri Lanang, kitab berbahasa melayu ini ditulis tangan dengan abjad jawi. Secara harfiah, Sulalatus Salatin berarti Penurunan Raja-raja. Kitab Sulalatus Salatin memiliki 29 manuskrip yang tersebar 10 di London, 1 di Manchester, 11 di Leiden, 1 di Amsterdam, 5 di Jakarta, dan 1 di Leningrad.
Semua naskah tersebut memiliki beberapa versi yang bervariasi, baik pada Panjang fragmen ceritanya, tata letak, transliterasi, dan ada juga versi salinan dan versi sebelmnya.
Di dalam kitab ini menggambarkan adat-istiadat kerajaan, silsilah raja dan sejarah Kerajaan Melayu. Kitab ini dinilai sangat penting dan dijadikan rujukan utama dalam penulisan ulang serta penelitian sejarah-sejarah Melayu.
Dari latar belakang sejarah yang sudah disebutkan diatas, keberadaan Makam Tun Sri Lanang sama pentingnya sebab tanpa Tun sri Lanang, tidaka aka nada sejarah di Kawasan Melayu. Makam ini memiliki nisan dengan bentuk pilar setinggi 0,90 meter dan terbuat dari batu andesit.
Makam ini terdiri dari dua cungkup dan batu nisan dengan ornament bervariasi motif bugong ajoe-ajoe dan bagian bawah tubuh nisan berbetnuk hexagonal dengan ornament variasi bunga lotus yang terkutir mengelilingi bagian bawah.
Namanya berkunjung ke makam, maka saat kesini kamu disarankan untuk selalu menjaga sopan santun. Jangan lupa untuk berpakaian rapi, meskipun makam ini berbeda dari makam wisata religi secara umum, namun pengunjung wajib menjunjung tinggi etika saat berkunjung. Selain belajar sejarah Aceh, kamu juga bisa belajar sejarah daerah Melayu yang lain.