Suku Tengger adalah sebuah suku yang mendiami wilayah pegunungan Bromo, Semeru, Tengger yang mana dapat kalian temukan tersebut di Kabupaten Lumajang, Kabupaten, Pasuruan, Kabupaten Probolinggo dan juga Kabupaten Malang. Suku Tengger ini sendiri terkenal masih menjaga nilai – nilai dan adat istiadat dari nenek moyang mereka, yang mana sudah mereka jalani sejak dulu kala.
Suku Tengger juga sempat menutup diri mereka dari dunia luar yang mana alasanya karena ingin menjaga kedamaian dari masyarakat Suku Tengger itu sendiri, akan tetapi dengan perkembangan zaman mereka perlahan – lahan mulai membuka diri. Suku yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ini memang masih menjaga tradisi mereka yang mana salah satunya adalah tarian tradisionalnya.
Tarian tradisional Suku Tengger masih lestari hingga saat ini dan sering ditampilkan dalam berbagai macam acara, setidaknya ada empat tarian tradisional asli Suku Tengger yang sampai saat ini masih terjaga kelestariannya. Kalian penasaran? Jika begitu, ikuti dan simak ulasan kami di bawah ini hingga tuntas untuk mendapatkan informasi mengenai apa saja tarian – tarian tradisional tersebut.
Tari Ujung
Tarian tradisional pertama dari Suku Tengger adalah Tari Ujung, sebuah tarian yang akan kalian anggap ekstrim jika kalian tidak mengenal atau tidak pernah mendengar sama sekali mengenai tarian yang satu ini. Tarian ini dilakukan oleh dua orang pria yang kemudian akan saling memukul dengan menggunakan rotan sambil diiringi dengan musik tradisional yaitu Gamelan Karawitan.
Walaupun terlihat cukup ekstrim akan tetapi makna dari tarian tradisional ini sendiri untuk menunjukan kentalnya sebuah persahabatan dan bagian tubuh yang boleh dipukul adalah bagian tubuh yang khusus, jadi tidak semua bagian tubuh boleh kalian pukul. Biasanya Tari Ujung ini ditampilkan pada perayaan Hari Karo dan hanya dilakukan oleh Suku Tengger yang berada di Kabupaten Pasuruan saja.
Tari Sodoran
Tarian tradisional berikutnya adalah Tari Sodoran, tarian tradisional yang satu ini memiliki makna filosofis dan merupakan sebuah tarian yang sakral karena menyimbolkan asal usul kehidupan dari seorang manusia. Tarian Sodoran ini pada awalnya hanya ditarikan oleh satu orang saja akan tetapi dengan berjalannya waktu maka jumlah penari akan menjadi enam orang, tarian ini sendiri akan diiringi dengan musik Gamelan Karawitan.
Tarian Sodoran ini sendiri hanya ditarikan pada Hari Raya Yadnya Karo yang mereka rayakan satu tahun sekali saja, akan tetapi tarian yang satu ini hanya ditarikan oleh warga di tiga desa saja walaupun Hari Raya Yadnya Karo ini dirayakan oleh semua masyarakat Suku Tengger.
Tari Kidung Tengger
Dua sosok leluhur dari Suku Tengger adalah Roro Anteng dan juga Joko Seger yang mana kisah mengenai Joko Tengger berdoa kepada Sang Hyang Widhi untuk meminta untuk dikarunia sebanyak 25 keturunan kemudian dijadikan sebagai sebuah tarian. Tarian yang menceritakan kisah tersebut diberi nama Tari Kidung Tengger.
Diceritakan ketika Joko Seger meminta dikarunia 25 keturunan, dia berjanji untuk mempersembahkan seorang anaknya kepada Gunung Bromo, setelah permintaannya terkabul dia pun mendapatkan mimpi untuk segera melunasi janjinya. Setelah mimpi tersebut Joko Seger kemudian menceritakan janjinya kepada semua anak – anak, dari semua anak – anaknya hanya satu saja yang bersedia untuk berkorban yaitu si bungsu yang bernama Jaya Kusuma.
Sebelum menceburkan dirinya ke dalam kawah Jaya Kusuma meminta agar para penduduk untuk mempersembahkan hasil ladang mereka setiap terang bulan pada tanggal 14 Bulan Kasadha. Nah, setelah saat itulah hingga saat ini masyarakat Suku Tengger selalu mempersembahkan hasil ladang mereka di kawah Gunung Bromo setiap tanggal 14 bulan Kasadha.
Tari Probo Mutrim
Tari tradisional terakhir adalah Tari Probo Mutrim yang mana merupakan tarian yang dipersembahkan bagi Sang Hyang Widhi sebagai rasa syukur dan juga ucapan terima kasih dari para masyarakat Suku Tengger terutama yang beragama Hindu. Tarian Probo Mutrim ini sendiri adalah tarian suka cita sehingga tidak aneh jika gerakannya sendiri memang penuh keriangan, pada saat tarian ini ditampilkan bisa mengambil air suci di Sendang Widodaren.
Air Suci yang diambil oleh masyarakat Suku Tengger di Sendang Widodaren ini dipercaya oleh masyarakat setempat akan membawa berkah bagi mereka terutama dalam usaha mereka untuk bercocok tanam dan juga menjauhkan mereka dari segala macam penyakit.
Nah, itulah beberapa informasi mengenai tarian tradisional Suku Tengger yang hingga saat ini masih lestari dan dapat kalian saksikan.