Tempat Wisata Sekaligus Religi di Taman Makam Pahlawan Cikutra

Begitu sulitnya pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia membuat masyarakat Indonesia tidak pernah melupakan jasa – jasa pahlawan. Hal ini juga turut disampaikan oleh Bung Karno, bahwa Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan pahlawannya.

Masyarakat Indonesia menghargai pahlawannya adalah dengan mengenang selalu jasa – jasa pahlawan dalam bentuk apapun, selain pembuatan dan perawatan dengan baik tempat – tempat yang memiliki sejarah, terdapat juga tempat khusus sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi pahlawan yang sangat berjasa. Salah satu contohnya adalah adanya Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung.

Sekilas Mengenai Taman Makam Pahlawan Cikutra

Taman Makam Pahlawan Cikutra_2
Taman Makam Pahlawan Cikutra. (Sumber: Direktori Pariwisata)

Taman Makam Pahlawan Cikutra yang dibangun sejak tahun 1958 ini merupakan komplek permakaman bagi pahlawan pejuang di Kota Bandung. Tepatnya, komplek pemakaman ini berlokasi di Kelurahan Cikutra, Cibeunying Kidul, Bandung, di bagian timur laut kota.

Asal muasal pembuatan Taman Makam Pahlawan ini adalah dari Pajajaran Siliwangi yang memiliki niat ingin membangun sebuah tempat persemayaman khusus para pahlawan yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan, tujuannya agar jenazah pahlawan tidak sembarangan dikebumikan.

Hingga saat ini, Taman Makam Pahlawan Cikutra juga sering dikunjungi sebiagai tempat wisata sejarah sekaligus religi, dengan tujuan utama untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan dan mendoakan mereka.

Di sini, makam pahlawan dengan warna nisan warna putih berderet rapi dialaskan rumput hijau. Terdapat juga beberapa pohon yang rindang di antara taman yang cukup luas itu.

Di tengah area pemakaman, pengunjung dapat melihat tiang bendera yang berdiri tegak seperti tugu tempat berkibarnya bendera merah putih setengah tiang. Area ini sering digunakan untuk upacara hari besar nasional, seperti Hari Pahlawan pada 10 November, HUT RI pada 17 Agustus atau pada 5 Oktober.

Tidak jauh dari tugu tersebut, terdapat juga sebuah dinding yang dengan banyak corak dari marmer yang bertuliskan nama – nama pahlawan yang beristirahat dengan tenang disana. Selain itu, terdapat monumen dengan tulisan “Teruskan perjuangan kami telah beri apa yang kami punya, Esa Hilang Dua Terbilang”.

Masyarakat Indonesia memang dikenal tidak pernah melupakan jasa pahlawannya. Bahkan kompleks Taman Makam Pahlawan Cikutra ini rutin dijadikan agenda tahunan oleh pemerinta sebagai refleksi untuk selalu mengingat perjuangan bangsa Indonesia.

Beberapa petinggi seperti Presiden Joko Widodo dan tokoh lainnya pernah mengunjungi dan menggelar seremonial yang bertujuan untuk menghargai jasa para pahlawan Indonesia.

Di dalam Taman Makam Pahlawan

Taman Makam Pahlawan Cikutra_3
Taman Makam Pahlawan Cikutra. (Sumber: IDN Times Jakbar)

Apabila ingin berziarah ke Taman Makam Pahlawan ini, pengunjung dapat melihat pintu gerbang yang menjulang dari persimpangan empat Jalan Surapati, Jalan PHH Mustofa dan Jalan Pahlawan. Jika sudah melihat dua tembok kembar tersebut, berarti pengunjung sudah sampai di gerbang Taman Makam Pahlawan tersebut.

Untuk memasuki kompleksnya, terdapat tangga yang mengarah ke kompleks permakaman melalui gerbang itu.

Di depan gerbang yang terpisahkan lahan parkir terdapat sebuah kolam yang di tepinya terdapat relief. Di atas kolam tersebut membentang sebuah jembatan. Lahan parkir di taman makam pahlawan ini cukup luas. Namun, di pingir taman ini, ada jalan yang kadang dibuka, dan kendaraan bisa masuk ke sana, terutama pada hari-hari besar.

Terhitung mulai tahun 1945 hingga 2018 terdapat 5.802 pahlawan yang dimakamkan di TMP Cikutra ini. Disini terdapat 18 blok makam. Tiap pahlawan yang berbeda keyakinan dipisahkan bloknya berdasarkan keyakinan yang dianut masing – masing.

Di antara banyaknya pahlawan yang dikebumikan di Taman Makam Pahlawan ini, terdapat tokoh nasional seperti Abdul Muis dan Eugene F.E. Douwes Dekker. Abdoel Moeis merupakan sastrawan, politikus, dan wartawan Indonesia, dan pengurus besar Sarekat Islam, yang pernah menjadi anggota Volksraad mewakili organisasi tersebut.

Sedangkan, Douwes Dekker yang lebih dikenal dengan nama Danudirja Setiabudi adalah tokoh yang membuat dasar nasionalisme Indonesia pada abad ke – 20. Douwes Dekker juga merupakan wartawan, aktivis politik, serta penggagas nama Nusantara.

Beliau merupakan penulis yang selalu mengkritik kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Maka itu, warga Bandung juga pasti tidak asing dengan nama Jalan Setiabudi yang dibuat untuk mengenang jasa beliau.

Selain itu, terdapat juga Moestopo yang dikenal di Indonesia sebagai tokoh pendidikan. Terdapat juga Moh Yogie S Memet yang merupakan mantan Pangdam III/Siliwangi, yang juga menjabat sebagai Gubernur ke-11 Provinsi Jabar dan Menteri Dalam Negeri.

close

Log In

Forgot password?

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.