Jika anda berkunjung ke provinsi Aceh selain menikmati wisata alamnya yang indah, maka bisa juga mengunjumgi wisata sejarahnyajuga loh. Yup, seperti yang kita tahu bahwa provinsi dengan sebutan Serambi Mekkah ini memiliki kelok perjalanan sejarah yang cukup panjang nan rumit.
Beberapa pahlawan nasional yang mungkin pernah anda dengar dalam melawan penjajahan di masa Belanda dulu, di antaranya berasal dari Aceh, dan salah satunya adalah Cut Nyak Dhien.
Siapa, sih, yang tidak kenal dengan Srikandi Indonesia yang teguh dan berani ini perjuangannya dalam memberantas belanda begitu menggetarkan hati. Nah, jika anda ingin mengenal lebih dekat sosoknya, maka bisa berkunjung ke Museum Cut Nyak Dhien.
Apa saja yang terdapat di museum ini? Yuk, langsung kita kupas secara tuntas.
Serunya Wisata Sejarah Di Museum Cut Nyak Dhien
Tahukah anda bahwa sebenarnya Museum Cut Nyak Dhien bukanlah tempat tinggal yang sesungguhnya. Museum ini hanyalah replica yang dibuat benar-benar mirip dengan aslinya. Hal tersebut bukan tanpa alasan, karena rumah Cut Nyak Dhien habis dibakar oleh penjajah Belanda pada tahun 1896 silam. Penyebabnya adalah karena terbongkarnya bahwa Teuku Umar membelot dari kerja samanya dengan Belanda.
Museum Cut Nyak Dhien pun kembali dibuat pada tahun 1981 dan rampung satu tahun setelahnya. Museum tersebut akhirnya diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1987
Secara geoografis Museum Cut Nyak Dhien berlokasi di Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Jika ditempuh dari Kota Banda Aceh jaraknya sekitar 10 kilometer dengan memakan waktu kurang lebih 20 menit. Anda bisa memakai kendaraan pribadi baik itu motor atau mobil. Jika memakai kendaraan umum pun juga banyak tersedia, sebab akses jalan dari Banda Aceh terbilang sudah beraspal dan kondisinya sangat baik.
Tidak perlu menggunakan Google Maps, dan jangan khawatir akan terlewat sebab museum ini berada tepat disisi jalan raya sehingga sangat mudah untuk ditemukan.
Bentuk museum ini berupa rumah panggung yang memiliki kontruksi dan beratap rumbia. Rumah panggung tersebut disangga sebanyak 65 tiang kayu dan ukuran rumahnya sekitar 25 meter x 17 meter. Anda akan melihat warna hitam yang mendominasi rumah ini.
Nah, untuk masuk ke dalam rumahnya, anda perlu menaiki beberapa anak tangga. Pintu masuk utamanya terbilang cukup kecil, sehingga anda perlu sedikit membungkukkan badan supaya bisa masuk.
Saat pertama kali berada di dalam rumah, anda akan disuguhkan dengan suasana yang lapang. Ada banyak sekali ruangan di rumah tersebut. Semua ruangannya terhubung antara satu sama lain.
Udaranya sangat adem dan sejuk sama sekali tidak terasa panas seperti diluar. Hal ini tidak mengherankan sebab dinding rumahnya terbuat dari kayu dan atap yang dilapisi pelepah daun kelapa tua.
Jika anda melihat dinding di ruangan depan maka bisa menyimak silsilah keturunan keluarga Cut Nyak Dhien.
Pada dinding di ruangan lain ada juga deretan foto yang menggambarkan bagaimana perjuangan Aceh melawan penjajah Belanda. Jangan khawatir akan kebingungan karena terdapat penjelasan pada setiap Pajangan di museum ini.
Diruangan lainnya, anda juga bisa melihat kursi dan meja yang pernah dipakai oleh para tokoh pejuang dalam berunding dan menentukan strategi yang tepat untuk berperang mengusir Belanda. Di kursi dan meja itulah strategi Teuku Umar yang berpura-pura memihak Belanda di rumuskan kala itu.
Ada juga beragam koleksi senjata yang dipajang seperti rencong dan parang. 2 alat inilah yang dulunya dipakai oleh Cut Nyak Dhien.
Memasuki ruangan tengah, anda akan menjumpai dua kamar yang dilengkapi tempat tidur khas Aceh. Itu adalah kamar untuk para dayang Cut Nyak Dhien dan kamar untuk Cut Nyak Dhien nya sendiri. Terlihat juga ada lemari serta tempat tidur dengan tirai
berwarna kuning, layaknya tempat tidur para raja dan ratu.
Walaupun hanya sebuah replica, tapi seperti yang disinggung di awal, bahwa museum ini benar benar di replica seperti aslinya jadi kamar Cut Nyak Dhien seperti pada kenyataanya tanpa ditambah atau dikurangi sedikitpun.
Apabila anda melihat dibagian samping depan, tampak ada sebuah sumur yang ketinggiannya cukup lumayan. Kurang lebih sekitar 2 meter. Sumur tersebut sengaja dibuat dengan cukup tinggi supaya para penjajah Belanda tidak dapat meracuni air di dalamnya.
Bahkan dulu sampai diberikan penutup sebab sumur ini memiliki peranan yang sangat penting sebagai sumber air dirumah. Hanya sumur inilah yang merupakan bangunan asli dan tidak ikut terbakar oleh Belanda.
Fasilitas Museum Cut Nyak Dhien
Mari beralih ke fasilitasnya. Fasilitas Museum Cut Nyak Dhien terbilang cukup lengkap. ada lahan parkir yang luas, toilet dan pemandu.
Apabila anda ingin melakukan shalat maka bisa memakai masjid yang ada disekitar lokasi museum. Oh, ya, anda pun juga dapat berwisata kuliner dengan menikmati kopi khas Aceh, kue bhoi, dodol, kue keukarah, kue adee dan masih banyak lagi. Sehingga tidak perlu jauh-jauh jika ingin membeli oleh-oleh dari Aceh.
Jam Operasional
Museum Cut Nyak Dhien dibuka setiap hari dari pukul 08.30 sampai 12.30. kemudian tutup sebentar dan dibuka kembali pukul 14.00 sampai 17.00. Untuk memasuki museum ini anda tidak akan dikenai biaya apapun, namun hanya diminta menyumbang seikhlasnya saja untuk biaya perawatan museum.
Itulah ulasan seru mengenai Museum Cut Nyak Dhien. Mendengarkan dan melihat secara langsung jelas sangat berbeda. Walaupun mindset kebanyakan orang bahwa  hal yang berbau sejarah itu membosankan, tapi pergi ke museum justru tidak akan merasakan hal tersebut.
Visual yang ditangkap oleh mata anda serta atmosfer yang terbentuk di dalamnya akan membuat kita lebih memahami dan menghargai bagaimana gigihnya para pahlawan dulu untuk mengusir penjajah dan membuat Indonesia merdeka.
So, jika ke Aceh jangan lupakan wisata edukasi yang keren di Museum Cut Nyak Dhien, ya.