Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi tempat bertemunya beberapa lempeng benua, membuatnya memiliki banyak gunung berapi aktif. Selain Gunung Merapi yang terkenal akan aktivitasnya yang tinggi, Indonesia juga memiliki Gunung Tambora yang terkenal akan letusan dahsyatnya di masa lampau. Tak tanggung-tanggung, letusan Gunung Tambora sempat mengubah iklim dunia.
Lokasi Gunung Tambora
Gunung Tambora terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, tepatnya di Kabupaten Dompu dan Bima. Kabupaten Dompu menyelimuti lereng bagian barat dan selatan, sementara Kabupaten Bima meliputi lereng bagian timur dan utara Gunung Tambora.
Sejarah Letusan Gunung Tambora
Menurut catatan, pada awalnya Gunung Tambora memiliki ketinggian sekitar 4.300 mdpl, menjadikannya sebagai salah satu gunung tertinggi di Indonesia. Akan tetapi letusan dahsyat yang terjadi pada 10 April 1815, telah memangkas ketinggian Gunung Tambora hingga hanya menyisakan 2.851 mdpl atau dua pertiga dari ketinggian semula. Ledakan Gunung Tambora kala itu sangat mengerikan, dalam skala kekuatan erupsi gunung berapi atau Volcanic Explosivity Index (VEI), letusannya menyentuh 7 VEI atau tertinggi kedua dari puncak 8 VEI, yang artinya letusannya lebih hebat dibandingkan erupsi Gunung Kratau pada 1883 yang lalu, yang hanya berada di skala 6 VEI. Menurut Volcano Discovery, letusan Gunung Tambora kala itu memuntahkan 50 hingga 150 kilometer kubik magma panas, hingga membentuk sebuah kaldera raksasa dengan ukuran 6 hingga 7 km, dan kedalaman 600 hingga 700 meter.
Sebelum letusan tahun 1815, Gunung Tambora yang diperkirakan telah berada di bumi sejak 57.000 BP (penanggalan radiocarbon standar), itu telah meletus sebanyak tiga kali. Letusan pertama diperkirakan terjadi pada tahun 3910 SM, kemudian yang kedua pada 3050 SM, dan selanjutnya pada 740 M, hanya saja ketiga letusan sebelumnya tidak diketahui kekuatannya. Oleh sebab itu, letusan yang terjadi pada 1815 dianggap sebagai yang terbesar dalam sejarah, bahkan suara dentumannya terdengar hingga ke Makassar (380 km dari Gunung Tambora), Jakarta (1.260 km dari Gunung Tambora), dan ke sebagian Pulau Sumatera dengan jarak lebih dari 2.600 km dari Gunung Tambora.
Dampak Letusan Gunung Tambora
Selain memangkas ketinggian gunung dan menciptakan kaldera raksasa, letusan Gunung Tambora tahun 1815 juga memengaruhi iklim bumi. Abu hasil letusannya menyebar ke seluruh bumi, membuat temperature global mengalami penurunan 0,4 hingga 0,5 derajat celcius, bahkan satu tahun setelah letusan, wilayah Amerika dan Eropa tidak terjadi musim panas. Banyak catatan sejarah yang menyebutkan bahwa 1816 adalah ‘Tahun Tanpa Musim Panas’. Dunia dilanda kelaparan, karena wabah penyakit dan gagal panen akibat letusan Gunung Tambora.
Selain itu, letusan gunung tersebut juga menyebabkan gelombang tsunami yang secara langsung memakan 4.600 korban jiwa. Tiga kerajaan besar di sekitar Gunung Tambora, Kerajaan Tambora, Kerajaan Sanggar, dan Kerajaat Pekat langsung musnah terkubur material letusan di tahun 1815. Total korban jiwa dari letusan Gunung Tambora diperkirakan sebanyak 71 hingga 100 ribu orang.
Jadi Penyebab Kekalahan Napoleon Bonaparte
Bertepatan pada 18 Juni 1815, terjadi pertempuran besar yang melibatkan Napoleon Bonaparte, pimpinan kekaisaran Perancis melawan lima koalisi kekaisaran Eropa. Pada pertempuran tersebut pasukan Napoleon yang terkenal tangguh harus menderita kekalahan, yang mana salah satu penyebabnya adalah karena letusan Gunung Tambora.
Menurut catatan berjudul “Napoleon, The Tambora Eruption and Waterloo” karya John Tarttelin, para pasukan Napoleon disebut sangat terganggu dengan adanya hujan lebat yang terus melanda, karena perubahan iklim secara ekstrem akibat letusan Gunung Tambora. Guyuran hujan yang terus menerus membuat jalanan menjadi berlumpur, sehingga mempersulit pergerakan pasukan Napoleon dalam pertempuran.
Jalur Pendakian ke Gunung Tambora
Terlepas dari sejarah letusan di masa lalu, Gunung Tambora yang kemudian ditetapkan sebagai Taman Nasional pada 11 April 2015, kini menyuguhkan pemandangan yang sangat menawan, luasnya kaldera yang terbentuk menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendaki. Menurut informasi di laman resmi Taman Nasional Tambora, Gunung Tambora memiliki lima jalur pendakian dengan tantangan yang berbeda-beda. Namun, untuk saat ini hanya ada empat jalur pendakian yang sudah dibuka.
Jalur pendakian Kawinda Toi dan Pancasila hanya bisa dilalui dengan cara trecking atau berjalan kaki, sementara jalur pendakian Piong dan Doroncanga bisa dilalui dengan menggunakan kendaraan trail atau offroad.