Mumi Jiwika / Mumi District Keluru adalah salah satu destinasi wisata budaya utama yang ditawarkan di daerah Jiwika, Kec Keluru, Lembah Baliem, Papua. Destinasi wisata ini menjadi destinasi wisata yang a paling menarik perhatian akan budaya Papua yang khas dan masih primitif.
Mumi Papua / Mumi District Keluru ini sangat berbeda jauh dari mumi para Raja Firaun Mesir. Untuk Mumi Raja Firaun, dibalut dengan kain dan berada di dalam peti mati. Untuk umur dari mumi Raja Firaun telah berusia ribuan tahun.
Mumi Wim Motok Mabel
Sedangkan untuk Mumi District Keluru ini tidak dibalut dengan kain dan dalam posisi duduk dan kondisi mulut terbuka lebar. Lalu diberi hiasan khas adat Papua. Umur dari mumi district keluru ini telah berusia 376 tahun. Ada cara yang unik dalam mengetahui umur dari Mumi Jiwika. Cara dengan menghitung jumlah kalung yang ada di lehernya.
Setiap 6 tahun sekali dilakukan upacara penghormatan khusus. Dalam upacara penghormatan terdapat moment pemberian kalung kepada Mumi District Keluru yang dilakukan oleh para keturunannya. Dalam upacara itu, jumlah kalung selalu dilebihkan sesuai dengan umur.
Kalung mumi terbuat dari kayu nekemo. Untuk kalung tidak awet seperti halnya dengan mumi Wim Motok Mabel. Kalung pun akan lapuk selama beberapa tahun. Kalung – kalung yang lapuk itu akan dilepas dan diganti dengan kalung baru. Kalung yang telah lapuk dan lepas, tidak dibuang begitu saja. Namun disimpan di tempat khusus.
Mumi Jiwika ini bernama Mumi Wim Montok Mabel. Anggota suku yang diawetkan bukan anggota suku biasa. Melainkan anggota yang mempunyai pengaruh besar di suku tersebut. Dia adalah seorang pangalima dari suku Mabel yang bernama Wimotok.
Proses pengawetan Mumi Jiwika menggunakan lemak babi. Seluruh tubuh dibalur dengan lemak babi dalam posisi duduk. Setelah itu mumi diasapkan. Karena hal inilah yang membuat kondisi Mumi District Keluru menjadi kering dan berwarna hitam lebam.
Semua proses itu dilakukan di dalam Honai. Begitu pula dengan penyimpanan Mumi District Keluru yang juga berada di dalam Honai. Untuk Honai yang digunakan untuk proses pengasapan terletak jauh dari desa.
Upacara pengasapan disebut dengan ap ako. Proses pengasapan itu sangat lama. Prosesnya membutuhkan waktu hingga 200 hari / ±6 – 7 bulan. Orang yang membuat api di dalam Honai untuk pengasapan merupakan orang khusus dan terpilih.
Tubuh panglima yang akan diasapkan diletakkan di langit – langit Honai. Setiap saat api selalu dijaga supaya tetap menyala. Proses itu akan dilakukan secara terus – menerus hingga tubuh mengeras dan mengering. Setelah mengering, lalu dibawa di Desa Jiwika. Disimpan di Honai khusus dan dijaga oleh keluarga. Untuk menuju ke Desa Jiwika memerlukan budget yang cukup banyak.
Setelah sampai di Bandara Jayapura, lalu naik angkot yang menuju ke Terminal Jimaba. Tarifnya sebesar ±5000 IDR per orang. Kemudian naik angkot menuju ke kampung wisata Jiwika, dengan tarif per orang ±15.000 IDR. Setelah sampai di pertigaan Jiwika, akan menjumpai tanda yang menuju ke Mumi Jiwika / Mumi District Keluru. Ikuti saja petunjuk itu hingga ke lokasi dengan berjalan kaki.
Tips Wisata Mumi Jiwika / Mumi District Keluru
Ada beberapa tips dalam wisata Mumi Jiwika / Mumi District Keluru. Tips tersebut antara lain sebagai berikut ini :
1. Lalukan Negosiasi Untuk Wisata Mumi District Keluru
Setiap orang yang hendak berkunjung dan melihat Mumi Jiwika, akan dikenakan tarif yang sangat mahal. Bahkan tarifnya melebihi wisata Ancol. Besarnya mulai dari 300.000 IDR per orang – 1.000.000 IDR / paket. Harga itu telah menjadi harga paten untuk wisata Mumi District Keluru. Namun harga itu dapat dinegosiasi. Sehingga dapat menghemat dan menekan biaya akomodasi wisata. Serta dapat berfoto bersama mumi dengan harga yang jauh lebih murah. Besarnya harga yang telah dinegosiasi, tidak dapat dipastikan. Entah itu 200.000 IDR maupun 250.000 IDR. Bahkan jauh lebih murah dari harga tersebut.
2. Tidak Asal Memotret
Meskipun Desa Jiwika telah menjelma sebagai desa wisata, namun di daerah itu ada larangan besar untuk tidak memotret. Apalagi memotret para penduduk setempat. Jadi mungkin hanya dapat mengambil foto dengan Mumi District Keluru cuma beberapa kali.
Tidak ada unsur mistis dan magis atas larangan memotret tersebut. Salah satu alasan larangan dalam memotret yaitu alasan komersial. Meskipun penduduk Desa Jiwika masih hidup secara primitif, tetapi mereka memiliki sifat komersial yang sangat tinggi.
Bagi yang tertangkap menggambil foto, akan langsung membayar jasa kepada penduduk itu. Besar nominalnya dapat tidak terduga. Jadi jika hendak berfoto dengan penduduk setempat, harus minta ijin terlebih dahulu. Kemudian lakukan negosiasi pembayaran. Namun jika ingin mempunyai hak untuk mengambil foto dengan leluasa, dapat memilih paket 1.000.000 IDR.
3. Tidak Memegang Mumi District Keluru
Meskipun Mumi District Keluru dipertontonkan umum, tetapi ada larangan memegang Mumi Wim Motok Mabel. Larangan memegang mumi tidak hanya berlaku bagi para pengunjung, namun semua penduduk di wilayah Desa Jiwika.
Dalam adat setempat, hanya orang – orang yang terpilih dan kepala suku yang diperolehkan untuk memegang dan mengangkat Mumi Wim Motok Mabel. Peraturan itu tidak ada unsur mistik apapun seperti di Bali. Jadi jika tidak sengaja memegang, tidak akan mengalami hal magis apapun.
Alasan tentang larangan memegang mumi Jiwika yaitu hanya untuk mengantisipasi adanya kerusakan mumi jika Mumi District Keluru disentuh. Apalagi banyak turis yang kurang dapat mengerti dan memahami tentang adat setempat. Meskipun tubuh dari mumi Wim Motok Mabel telah mengeras, bukan berarti minim resiko kerusakan. Selain faktor kerusakan, juga ada faktor tentang penghormatan. Sosok Mumi Wim Motok Mabel, bukan anggota suku biasa. Namun sosoknya sangat dihormati dan sangat penting di suku Mabel.
Mumisasi tersebut merupakan sebuah wasiat yang telah ditinggalkan oleh sosok Wim Motok Mabel. Wim Motok Mabel sendiri merupakan sebutan yang diberikan oleh mumi tersebut. Arti dari kata Wim yaitu perang, sedangkan arti dari kata Motok yaitu pemimpin / panglima. Sedangkan untuk kata Mabel yaitu nama dari suku yang mempunyai dan mengurus mumi tersebut.
Bagi Suku Mabel sendiri, Mumi Wim Motok Mabel bukan hanya sekedar sosok penting dan dihormati. Tetapi dipercaya membawa berkah dan keberuntungan. Hal itu memang sangat nyata, mengingat sumber penghasilan suku Mabel berasal dari wisata Mumi District Keluru.
4. Menghilangkan Pikiran Jorok Dan Tabu
Untuk tips yang satu ini hanya merupakan suatu peringatan semata. Para penduduk setempat memang masih hidup secara primitif. Bahkan banyak laki – laki dan perempuan baik anak – anak hingga dewasa yang setengah telanjang / telanjang bulat. Meskipun hal itu menjadi sangat tabu dan nampak sangat tidak etis bagi para pengunjung. Tetapi telah menjadi suatu adat yang harus dihormati.