Indonesia terdiri dari berbagai macam kebudayaan yang beraneka ragam. Memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau biasa disebut suku bangsa maka tak heran bila Indonesia memiliki adat istiadat yang beraneka ragam juga. Salah satu kebudayaan yang terkenal di Indonesia datang dari Pulau Bali. Bali memang dikenal masih sangat kental dengan budaya dan adat istiadat walaupun bisa dibilang bahwa Bali merupakan daerah yang bersentuhan langsung dengan kebudayaan asing akibat dari banyaknya wisatawan mancanegara yang berkunjung bahkan menetap disana. Kebudayaan di Bali tak luput dari keberadaan agama Hindu yang mendominasi disana sehingga semuanya saling terkait dan mempengaruhi kebudayaan daerah tersebut.
Beberapa kebudayaan atau tradisi Bali yang nampaknya tak asing di telinga kita misalnya Gebug Ende Seraya atau kegiatan yang dipercaya dapat menurunkan hujan dikala musim kemarau demgan cara mempertarungkan dua orang dan masing – masing orang membawa senjata berupa rotan serta sebuah pelindung. Tradisi lainnya yang tak dapat kita temukan selain di Bali adalah Mekotek atau tradisi menolak bala yang dilaksanakan setelah Hari Raya Kuningan dengan berjalan kaki sambil menggotong bambu yang telah disusun menjadi piramida dan ditunggangi oleh satu orang di atasnya. Tak hanya dua contoh tradisi itu namun masih banyak lagi tradisi Bali yang nampak unik salah satunya Upacara Ngaben. Kali ini Wisato.id akan mengulas lebih dalam perihal tradisi ini. Yuk kita simak ulasannya!
Upacara Ngaben
Bila pada umumnya kita lihat bahwa setelah jenazah orang meninggal disemayamkan dirumah duka atau di tempat kediamannya lalu di berangkatkan untuk dikubur maka berbeda dengan proses atau tradisi yang dilakukan oleh masyrakat Bali. Masyarakat Bali memiliki sebuah tradisi yang disebut dengan Upacara Ngaben yakni pembakaran jenazah yang diletakkan pada sebuah wadah. Tradisi Ngaben sama seperti kremasi, tradisi ini bertujuan untuk menyucikan jenazah dan setelah dibakar dan menjadi abu maka dari pihak keluarga yang berkabung akan melarutkan abu tersebut ke laut lepas atau aliran sungai sebagai tanda telah melepaskan jenazah untuk menuju ke kehidupan selanjutnya dan bersatu dengan sang Pencipta.
Dalam kepercayaan umat Hindu jenazah seseorang yang sudah meninggal memang dianjurkan untuk diaben (dibakar) kecuali bila jenazah tersebut meninggal karena bunuh diri atau bila jenazah tersebut adalah anak bayi. Mereka pun mempercayai bahwa manusia terdiri dari badan kasar, badan halus dan karma. Bagian dari badan kasar manusia terbentuk dari 5 unsur yaitu :
- Pertiwi (zat padat)
- Apah (zat cair)
- Teja (zat panas)
- Bayu (angin)
- Akasa (ruang hampa)
Kelima unsur tersebut lah yang membentuk fisik manusia dan digerakkan oleh atma (roh) dan ketika seseorang meninggal maka orang yang beragama Hindu meyakini bahwa yang mati hanya badan kasarnya saja sedangkan atma (roh) nya tidak mati.
Proses Upacara Ngaben
Untuk kamu ketahui, tradisi atau upacara Ngaben ini tak semata – mata bisa langsung dilakukan ketika ada seseorang yang meninggal melainkan harus melalui berbagai proses hingga bisa memakan waktu 1 hari penuh. Proses awal dimulai dari ritual Ngulapin atau ritual permintaan izin kepada Dewi Surga oleh pihak keluarga yang berkabung dan dilakukan di Pura Dalem. Setelah selesai maka dilanjutkan dengan upacara Meseh Lawang dengan tujuan memperbaiki kerusakaan pada jenazah yang sebelumnya sudah pernah dikubur dan kegiatan ini cukup dilakukan secara simbolis saja.
Upacara Meseh Lawang dilanjutkan dengan upacara Mabersih yakni proses membersihkan jenazah dengan cara dimandikan lalu masuk dalam tahap penyucian jiwa tahap awal atau disebut dengan Ngaskara. Ketika jenazah sudah disucikan maka akan ada upacara persembahan sesajen kepada jenazah atau disebut dengan Nerpana.Proses Nerpana adalah proses terakhir sebelum jenazah dikremasi atau diaben.
Ketika memasuki prosesi ngaben maka jenazah akan dimasukkan ke sebuah usung – usungan berbentuk binatang sesuai dengan klan – nya keluarga tersebut lalu diarak ramai – ramai dengan iring – iringan musik gamelan khas Bali menuju ke sebuah lapangan luas khusus untuk segera di bakar.
Setelah dibakar dan berubah menjadi abu maka pihak keluarga akan mengumpulkan sisa – sisa tulang (abu) tersebut dan dimasukkan pada wadah berupa tempurung kelapa dalam upacara Nuduk Galih lalu melarungkan abu nya ke laut lepas atau aliran sungai yang dikenal dengan prosesi Nganyut.
Macam – macam Upacara Ngaben
Upacara Ngaben sendiri memiliki banyak jenis yaitu :
- Ngaben Sawa Wedana, upacara ngaben ini dilakukan bagi jenazah yang kondisi nya masih utuh.
- Ngaben Asti Wedana, bila jenazah sudah dikubur sebelumnya lalu baru diaben selang beberapa waktu maka keluarga harus melaksanakan Ngaben Asti Wedana.
- Swasta, upacara ini dilakukan bilamana jenazah nya meninggal jauh dari kampung halaman atau bila jenazah tidak ditemukan. Maka pada sesi upacara ini sosok jenazah akan digantikan secara simbolis dengan kayu cendana yang dilukis dan diisi roh.
- Warak Krunon, upacara ini dilakukan bilamana jenazahnya masih bayi.
- Ngelungah, upacara ini dilakukan untuk jenazah yang merupakan anak kecil yang belum lepas gigi.
Setelah semua prosesi Ngaben selesai biasanya pihak keluarga akan melakukan upacara lanjutan setelahnya yakni Makelud. Makelud sendiri dilakukan 12 hari setelah Ngaben dengan tujuan menyucikan lingkungan keluarga dari kesedihan. Seringkali banyak wisatawan baik domestik maupun asing yang sedang berada di Bali terlihat takjub dengan upacara ini. Biasanya wisatawan berhenti tak jauh dari tempat arak – arakan itu berlangsung untuk sekedar melihat dan menjepret beberapa foto.