Salah satu wilayah di Indonesia yang hingga kini tetap digandrungi para pecinta traveling adalah Pulau Dewata atau Pulau Bali. Pulau ini tidak hanya dikenal karena keindahan baharinya berupa pantai dengan air lautnya yang biru dihiasi gradasi warna hijau serta hamparan pasir putih dan yang nampak eksotis tetapi juga dikenal karena memiliki wisata lain selain pantai yang layak kamu datangi. Destinasi wisata di Bali sangat beragam mulai dari wisata kulinernya yang lezat, wisata religinya yang kental bahkan wisata sejarah yang turut menghiasi latar belakang dari Pulau Bali.
Buat kamu yang sering berkunjung ke Bali atau sudah beberapa kali ke Bali tapi hanya menghabiskan waktu di wisata yang itu-itu saja baiknya sekarang kamu coba mendatangi salah satu wisata sejarah disana. Kali ini Wisato.id akan mengajak kamu untuk datang ke sebuah puri yang kental dengan sejarah Indonesia khususnya sejarah Pulau Bali yakni Puri Buleleng yang lokasinya berada di Kabupaten Buleleng, Bali. Yuk, simak ulasannya dibawah ini!
Puri Buleleng
Puri Buleleng atau yang sebelumnya lebih dikenal dengan Puri Kanginan ini menyimpan cerita sejarah yang kental yang bisa kamu datangi untuk menambah wawasan. Sebelum mengulas apa saja yang bisa kamu temukan disana ada baiknya kamu mengetahui terlebih dahulu apa itu yang dimaksud dengan puri dan apakah puri itu sama dengan pura? Puri jelas berbeda dengan pura yang dimana merupakan tempat sembahyang bagi umat Hindu.
Puri pada dasarnya menjadi tempat tinggal bagi para bangsawan seperti raja dan anggota keluarganya pada masa lampau namun hingga kini sebuah puri juga ditempati oleh para anggota keluarga keturunan kerajaan termasuk pada Puri Buleleng ini yang dimana menjadi salah satu bukti peninggalan Kerajaan Buleleng.
Pada bagian pintu utama di madya mandala kamu akan melihat sebuah gerbang berwarna hijau dan tembok tinggi berwarna putih yang merupakan salah satu pemedal kebanggaan dari puri ini yang bernama “Ancak Aji Sagung”.disertai dengan 2 buah foto yang menempel di temboknya serta pepohonan yang rindang tumbuh mengelilingi area ini. Memasuki area dalam puri kamu akan melihat sebuah bangunan yang disebut Gedong Punggawa Soeria dan uniknya halaman utama mandala dari puri ini berada lebih atas tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya.
Tiap mandala di puri ini dikelilingi oleh tembok pembatas dan dihubungkan dengan kori agung seperti pintu tinggi. Beberapa bangunan yang dapat kamu lihat di area dalam misalnya pendopo, ruangan untuk menjamu tamu, ruang tidur anggota keluarga kerajaan serta Bale Mas yang bertiang 8 dan Bale Singasari yang digunakan untuk melaksanakan Upacara Manusia Yadnya dan Pitra Yadnya oleh keluarga Puri Buleleng.
Di puri ini kamu juga bisa menemukan peninggalan sejarah era Bali Kuno berupa manuskrip lontar yang keberadaannya masih terjaga dan kini sudah dilakukan invetarisasi, pembersihan dan di identifikasi judulnya misalnya Lontar Prasasti Buleleng, Paswaran Buleleng, Lontar Babad Pasek, Babad Blahbatuh, Mahabrata, Ramayana, Sutasoma, Usada dll. Untuk kamu yang belum tau apa itu Lontar atau Manuskrip Lontar sebenarnya bisa dikatakan seperti medium untuk menulis kisah, naskah atau skrip, materi medis hingga gambar kisah pewayangan yang terbuat dari daun ental yang dikeringkan. Menulis diatas lontar pun tidak mudah dan tidak bisa sembarangan karena harus menggunakan alat khusus yaitu sebuah pisau khusus bernama pengrupak. Karena keunikan manuskrip lontar ini maka kelestariannya harus dijaga sehingga Puri Buleleng pun turut andil dalam memelihara koleksi lontar yang ada di puri tersebut.
Puri Buleleng kini tak hanya digunakan untuk tempat tinggal keluarga kerajaan atau acara-acara keagamaan saja tetapi juga banyak digunakan oleh para pengunjung untuk didokumentasikan melalui foto, video, pemotretan, tugas sekolah bahkan untuk foto prawedding yang tentunya atas seizin dari penglingsir puri ini.
Rute menuju Puri Buleleng
Lokasi Puri Buleleng berada di pinggir Jl.Gajah Mada, Singaraja, Buleleng tepatnya di area pertigaan Taman Patung Catur Muka bersampingan dengan Pasar Buleleng dan bersebrangan dengan Gedung Sasana Budaya. Bila kamu memulai perjalanan dari Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai maka waktu yang diperlukan sekitar 2,5 jam atau setara dengan perjalanan 90 km dengan kendaraan roda 2 atau roda 4.