Bagi umat beragama Katolik, berziarah sekaligus rekreasi atau biasa dikenal dengan ziarek adalah sebuah kegiatan rohani yang didambakan. Biasanya umat Katolik melakukan perjalanan ziarek ke Goa Maria dan Taman Doa yang tersebar dibeberapa wilayah di Indonesia. Seperti misalnya Goa Maria Sendangsono di Kulon Progo, Goa Maria Sawer Rahmat di Kuningan, Taman Doa Sumber Kahuripan di Sukabumi dan lain sebagainya. Namun, wisata rohani bagi umat Katolik tidak hanya seperti yang sudah disebutkan diatas saja. Masih banyak wisata rohani lainnya bagi umat Katolik termasuk sebuah gereja.
Di Yogyakarta, terdapat sebuah gereja yang dibaliknya memiliki kisah penting dan bersejarah. Selain memang digunakan sebagaimana mestinya yaitu sebagai tempat beribadah umat Katolik yang tinggal di wilayah Yogyakarta, gereja ini juga bisa didatangi untuk ziarek oleh umat yang datang dari luar kota. Gereja ini bernama Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran (Gereja HKTY Ganjuran). Ingin tau seperti apa penampakan gereja bersejarah ini? Yuk, simak ulasan lengkapnya dibawah ini!
Sejarah Singkat Gereja Ganjuran
Gereja Katolik ini berada di Jl. Ganjuran, Jogodayoh, Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta. Itulah sebabnya mengapa gereja ini dikenal dengan sebutan Gereja Ganjuran. Awal mula dibangun gereja ini diprakarsai oleh keluarga Schmutzer asal Belanda pada 16 April 1924.
Keluarga ini ingin memenuhi kebutuhan berupa tempat ibadah bagi para pekerja pabrik gula dan masyarakat Ganjuran. Namun 10 tahun berlalu sejak gereja dibangun, Schmutzer terserang penyakit sehingga mengharuskannya kembali ke Belanda bersama keluarga besar. Sekitar tahun 1934-1940 Gereja Ganjuran bersiap-siap menjadi sebuah paroki. Perjuangan menjadi Paroki ini dibantu oleh pastor A. Soegijapranata dan pastor A. Elfrank. Gereja Ganjuran berhasil menjadi sebuah Paroki pada tahun 1940.
Bangunan Gereja Ganjuran
Berdiri diatas tanah seluas 3.000 meter persegi, bangunan Gereja Ganjuran didominasi nuansa Eropa dan Jawa yang kental. Gereja ini memang sengaja didesain dengan tambahan nuansa Jawa yang kental karena kecintaan Schmutzer pada budaya Jawa. Bangunan gereja berbentuk layaknya joglo dengan atap tajug. Tiang penyangga atap berjumlah 4 buah yang melambangkan 4 penulis Injil yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Pada bagian altar gereja ada relief yang menggambarkan bunga-bunga, pepohonan, rusa yang sedang minum, sumber air dan burung pemakan bangkai.
Ada juga dua buah patung malaikat dengan posisi menyembah yang bercorak Jawa. Di sisi kanan dan kiri gereja ada dua relief bercorak Jawa dengan bentuk Hati Kudus Yesus dan Bunda Maria. Yesus dalam relief ini digambarkan sebagai Raja Jawa yang bertahta diatas singgasana. Bunda Maria dalam relief ini digambarkan sebagai Ratu Jawa yang menggendong Yesus saat masih bayi. Baik Yesus ataupun Bunda Maria dalam relief ini memakai pakaian adat Jawa.
Keistimewaan yang paling terlihat dari Gereja Ganjuran adalah keberadaan sebuah candi pada bagian halaman gereja. Candi ini dinamakan Candi Ganjuran sesuai nama gereja tersebut. Candi dibangun 3 tahun setelah gereja selesai tahap pembangunan. Awalnya pembangunan Candi Ganjuran ditujukan untuk merayakan keberhasilan pabrik gula milik Schmutzer melewati krisis keuangan. Selain itu, candi dibangun sebagai ucapan syukur dan pengingat akan kemurahan hati Kristus Raja.
Candi ini bercorak Hindu-Budha dan Jawa. Peziarah diperbolehkan naik ke candi atau masuk ke dalamnya namun dengan melepas alas kaki terlebih dahulu. Pada bagian bawah candi terdapat sumber mata air bernama Tirta Perwisatari. Air ini dianggap sebagai air kehidupan atau air pembersih, biasanya sebelum beribadah maka para umat membersihkan diri dengan air tersebut. Selain untuk membersihkan diri sebelum ibadah, umat dan peziarah biasanya membawa pulang air tersebut. Mereka mempercayai air yang sudah didoakan itu bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Kegiatan Rohani di Gereja Ganjuran
Layaknya Gereja Katolik, Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus atau Gereja Ganjuran juga melaksanakan berbagai kegiatan rohani seperti biasa. Mulai dari Misa Harian, Misa Mingguan, Doa Rosario, Jalan Salib, Perayaan Ekaristi Malam Jumat Pertama, Novena, dll. Berbagai kegiatan tersebut juga tersedia dalam bahasa Jawa.
Rute
Jika peziarah memulai perjalanan dari pusat Kota Yogyakarta maka jaraknya sekitar 20 KM. Waktu yang diperlukan sekitar 40 – 45 menit. Peziarah bisa menggunakan motor, mobil, bus mini atau bus besar. Kondisi jalanan menuju gereja sudah beraspal dan cukup untuk kendaraan besar. Rute terbaik yang bisa dilalui yakni melewati Jl. Samas, Sumbermulyo lalu berbelok ke Jl. Ganjuran. Patokan termudahnya adalah melewati Puskesmas Bambanglipuro, lokasi gereja sekitar 1,5 km dari puskesmas tersebut.