Daya tarik pantai di Kepulauan Bangka Belitung memang tidak akan ada habisnya. Selain Pantai Tanjung Tinggi yang namanya melambung seiring dengan kesuksesan film Laskar Pelangi, di Provinsi Bangka Belitung juga masih terdapat banyak pantai cantik dengan pemandangan yang unik. Berlokasi di Laut Cina Selatan, mayoritas pantai di Bangka Belitung dihiasi oleh bongkahan batu granit raksasa yang berada tepat di bibir pantai. Bahkan bongkahan batu granit tersebut ada yang membentuk formasi unik menyerupai burung yang kemudian dikenal dengan nama Pulau Burung.
Selain itu juga ada nama Pantai Batu Buyong, yang berlokasi di Pulau Belitung. Dikatakan unik karena di pantai yang satu ini terdapat batu berukuran besar yang berada di tempat yang tidak wajar. Selain unik pemandangannya pun tak kalah indahnya dengan pantai-pantai di Bangka Belitung lainnya. Penasaran dengan Pantai Batu Buyong dan cerita mistis yang tersembunyi di baliknya? Langsung saja simak ulasan yang berikut ini.
Lokasi Pantai Batu Buyong
Jika dilihat secara administratif Pantai Batu Buyong berada di Desa Tanjung Batu Itam, Kecamatan Simpang Pesak, Kabupaten Belitung Timur. Jaraknya cukup jauh dari kota Tanjung Pandan, yakni sekitar 110 km dan memakan waktu tempuh sekitar 2 hingga 3 jam perjalanan darat. Namun dari ibu kota Kabupaten Belitung Timur, Manggar, Pantai Batu Buyong hanya berjarak sekitar 70 km. Akses menuju ke Pantai Batu Buyong sudah memadai di mana jalan cukup lebar dan telah teraspal dengan mulus. Sehingga para pengunjung bisa bebas menggunakan kendaraan roda dua atau pun roda empat untuk datang menyambangi Pantai Batu Buyong. Lokasi parkir kendaraan juga tidak jauh dari lokasi pantai unik nan cantik yang satu ini.
Sejarah dan Misteri Pantai Batu Buyong
Pantai ini disebut unik karena terdapat batu raksasa dengan bentuk nyaris bulat yang tergeletak di batu berbidang datar dengan kemiringan sekitar 30 derajat. Sebuah hal yang cukup mustahil jika batu tersebut tidak menggelinding jatuh ke bawah. Namun pada kenyataannya batu tersebut tetap berdiri tegak dan bahkan tak bergeming meskipun telah coba didorong oleh para pengunjung.
Menurut mitos yang beredar, batu buyong sendiri sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit. Kerajaan yang berpusat di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur itu telah berdiri sejak 1293 hingga 1500 masehi. Pada masa kejayaannya atau sekitar tahun 1350 hingga 1389 di bawah kekuasaan Raja Hayam Wuruk, ketika menjelajah lautan salah satu armada kecil Majapahit tidak sengaja menemukan pantai yang satu ini. Setelah melaporkan penemuan tersebut, Raja kemudian memerintahkan hulubalangnya untuk menandai pantai tersebut dengan sebuah batu yang dibawa dari tanah Jawa. Untuk melaksanakan perintahnya, armada Majapahit pun kembali ke pantai tersebut untuk meletakkan tanda. Pada awalnya tanda berupa batu tersebut hanya berukuran sebesar kepala bayi, namun lambat laun membesar ratusan kali lipat hingga seperti yang kita lihat saat ini. Jika dilihat dari sejarah keberadaan Kerajaan Majapahit, bisa dikatakan batu buyong sudah berusia 500 tahun atau setengah millenium.
Karena keunikan dan mitos yang beredar, batu buyong kemudian disakralkan oleh penduduk setempat. Selain sering diberi sesajen, banyak dari warga yang sengaja datang ke batu buyong untuk meminta sesuatu. Karena menurut kepercayaan di batu buyong dihuni oleh 3 makhluk gaib utusan dari Kerajaan Majapahit, yakni Bujang Tanggok (Melayu/Islam), Taopekong Gambar Melayang (Cina/Khong Hu Cu), serta Penderas Kilat Di Awan (Kulit Putih/Kristen)
Pesona Pantai Batu Buyong
Selain memiliki keunikan, dari lokasi batu buyong para pengunjung bisa melihat hamparan laut yang cukup eksotis ditambah dengan hiasan beberapa pepohonan yang cukup rindang. Pemandangan di sekitar Pantai Batu Buyong akan terlihat semakin cantik pada sore hari, di mana air pantai berubah warna menjadi kuning kemerahan karena terkena pantulan sinar matahari senja. Jadi jangan heran kalau tempat unik yang satu ini akan semakin ramai didatangi pengunjung di saat sore hari.
Fasilitas di Pantai Batu Buyong
Hal yang sangat disayangkan, dengan keunikan dan keeksotisannya pantai yang satu ini masih belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah setempat. Sehingga fasilitas di sana pun belum memadai, padahal fasilitas penunjang keberadaannya sangat penting untuk menarik minat para wisatawan.