Candi Tanjung Medan merupakan salah satu situs purbakala peninggalan masa Hindu Budha. Keberadaan dari candi tersebut masih simpang siur dan dipertanyakan. Hingga kini candi tersebut pun masih dalam teka teki.
Lokasi Candi Tanjung Medan
Candi ini terletak di Ds Tanjung Medan, Panti, Pasaman, Sumatera Barat. Lokasi tersebut sangat mudah untuk dijangkau dan dekat dengan jalur trans Sumatera HWY. Hanya membutuhkan waktu selama ±5 menit dari arah jalur trans Sumatera HWY / masjid Nurul Huda Tanjung Medan.
Letak dari Tanjung Medan tidak jauh dari masjid Nurul Huda Tanjung Medan. Masjid tersebut juga dapat dijadikan sebagai petunjuk arah untuk menuju ke candi. Selain itu tidak jauh dari lokasi masjid, juga tersedia papan penunjuk arah yang akan menunjukkan arah candi.
Selama perjalanan, menuju ke arah candi akan disuguhkan dengan pesona alam sawah. Jika mengunjungi candi pada musim taman, akan melihat hamparan padi yang hijau dan menyejukkan mata. Namun ketika berkunjung pada musim panen, akan melihat daun padi yang berserakan. Bahkan kerasnya mesin penggiling padi terdengar cukup berisik.
Prasasti Candi
Sebagian besar dari prasasti candi yang ada di Indonesia merupakan peninggalan Kerajaan – Kerajaan. Hal tersebut tertulis secara jelas dari prasasti yang ada. Seperti halnya dengan candi ini. Berdasarkan prasasti tersebut, candi Tanjung Medan merupakan peninggalan dari Putri Sangkar Bulan. Menurut mitos setempat putri tersebut mempunyai kesaktian. Namun belum suatu legenda tentang asal usul putri Sangkar Bulan.
Puti Sangka Bulan adalah seorang wanita yang sangat cantik. Rajo Songek Bauang sangat menyukai Puti Sangka Bulan. Begitu pula dengan Rajo Syahbanda. Ketika Rajo Songek Bauang hendak menikahi Puti Sangka Bulan, Rajo Syahbanda pun langsung merebut Puti Sangka Bulan dari Rajo Songek Bauang. Kemudian Rajo Syahbanda membawa Puti Sangka Bulan dan melarikan diri ke Sundata dan menetap di daerah tersebut.
Makam dari Puti Sangka Bulan dan Rajo Syahbanda terdapat di Banio Tinggi, tidak jauh dari lokasi candi. Tepatnya di atas padang Loweh Sei Pandahahn, Sundata, Pasaman Sumatera Barat.
Dalam candi terdapat 8 buah kelopak bunga emas yang tersirat suatu enskripsi. Dilihat dari segi umur, prasasti ditulis sekitar abad ke 12 Masehi /sekitar tahun 1200an. Berdasarkan analisa, enskripsi tersebut terbaca Hum / Om Aksobya Phat, Hum / Om Amoghasiddi Phat dan Hum / Om Ratnasambhava.
Berdasarkan enskripsi tersebut, candi Tanjung Medan merupakan candi Buddha. Sebab bahasa dalam enskripsi tersebut merupakan salah satu dari beberapa ajaran sang bunda.
Semua enskripsi dalam prasasti merupakan dewa – dewa yang terdapat pada ajaran Budha. Aksobya adalah dewa yang paling utama. Lalu dewa Amoghasiddi dan Ratnasambhava adalah perwujudan dari Dyanibuddha. Menurut kepercayaan Budha, dewa tersebut mengusai area Barat dan Timur.
Bangunan Candi
Candi Tanjung Medan terdiri dari 4 bangunan, yaitu :
1. Candi I
Candi yang pertama mempunyai bentuk seperti persegi empat. Pada bagian timur gedung candi, terdapat anak tangga yang berkontruksi menjorok. Bagian atas anak tangga tidak mempunyai kelanjutan anak tangga dan susunan bata dibuat mendatar.
Pada bagian barat, selatan dan utara terdapat deretan tumpukan bata yang tertata dengan posisi merebah. Tumpukan dari bata itu adalah bagian dari runtuhan candi yang belum disatukan dengan bangunan candi pertama.
2. Candi II
Candi yang kedua ini pada dasarnya hanya perwira dari pertama. Ukuran dari candi yang kedua adalah 9 x 9 meter. Ketika dalam proses pemugaran, candi yang kedua berhasil menampakkan sebagian besar bangunan candi dan bagian dasar candi itu sendiri.
Pada bagian barat dan timur, terdapat suatu tangga dengan ukuran ±2 meter. Beberapa ukuran dari anak tangga lebih kecil daripada ukuran anak tangga lainnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tangga tidak difungsikan untuk menaiki bangunan candi.
Susunan bata pada bangunan candi kedua sangat rapi dan mempunyai kesan estetika. Dapat dilihat pada setiap sisi melengkung dengan sempurna. Pahatan yang miring pun juga terlihat cukup rapi.
3. Candi III
Ukuran dari candi yang ketiga lebih kecil dari candi pertama dan kedua. Candi ini hanya berukuran sekitar ±8,8 x 8,8 meter, dengan tinggi sekitar ±1 meter. Setelah proses pemugaran, candi ini dilengkapi dengan sebuah cangkup pelindung. Susunan bata bangunan candi terdiri dari beberapa lapis.
Bentuk dari bagian atas bangunan tidak diketahui dengan jelas. Pada bagian tersebut, terdapat 5 buah batu andesit yang seperti dianggurkan begitu saja. Dengan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa candi Tanjung Medan ini belum sepenuhnya selesai dan tidak ada yang mengetahui secara pasti akan penyelesaian bangunan ini.
Susunan batu andesit terletak di setiap sudut bangunan atas candi. Sedangkan batu andesit yang satunya terletak di bagian tengah. Bagian tengah candi terdapat isian yang berupa tanah. Sementara pada bagian depan candi nampak seperti sebuah bangunan batu yang berbentuk segi empat. Pada ujung atas bangunan tersebut berbentuk bulat. Ukuran dari bangunan adalah 70 x 50 cm, dan ukuran bagian bulat berdiameter 20 cm.
4. Candi IV
Candi yang terakhir ini memang mempunyai ukuran yang tidak begitu besar seperti candi yang ketiga. Candi keempat juga dilindungi dengan kuncup yang menyerupai atap. Sekilas bentuk dari bangunan candi keempat berbentuk seperti punden berundak. Bagian tengah candi terdapat sebuah isian yang juga berupa tanah seperti candi yang ketiga. Pada bagian timur dilengkapi dengan anak tangga.
Spot Candi Tanjung Medan
Secara garis besar, candi ini mempunyai 3 buah spot. Untuk spot yang pertama adalah bangunan candi itu sendiri. Untuk spot yang kedua adalah gudang. Dalam gudang tersebut terdapat berbagai macam penemuan yang belum diketahui secara pasti apakah benda temuan tersebut merupakan salah satu bagian dari candi atau bukan. Bahkan benda – benda tersebut juga tidak diketahui fungsinya.
Sebagian besar benda yang tersimpan berupa fragmen – fragmen dan batu. Bentuk dari fragmen menyerupai lingga yoni /puncak bangunan candi. Lalu juga terdapat fragmen yang berbentuk pecahan keramik, hingga lumpang batu. Beberapa diantaranya termasuk jenis batu andesit.
Fragmen yang pertama berbentuk seperti papan penggilasan tradisional dengan adanya sebuah cekungan di bagian tengah. Untuk fragmen kedua mempunyai bentuk pahatan miring. Fragmen yan ketiga termasuk ke dalam jenis batu granit. Sedangkan spot yang ketiga adalah spot makam. Makam tersebut sangat dipercaya merupakan makam dari Puti Sangka Bulan dan Rajo Syahbanda.
Makam tersebut dilengkapi dengan batu nusantara dan lapik. Bentuk dari lapik adalah persegi panjang dengan 2 buah tingkat. Bagian atas dari lapik terlihat mengecil. Lubang lapik berbentuk gada yang terdapat hiasan dengan bentuk bulat pada bagian bawah. Sedangkan bagian atas berbentuk persegi delapan dan merucut pada bagian atas.
Itulah review mengenai destinasi wisata candi Tanjung Medan yang merupakan situs prasejarah peninggalan Puti Sangka Bulan.