Masjid Jami ialah masjid paling tua dan paling bersejarah di daerah Bengkulu. Serta masjid ini juga menjadi masjid yang sangat istimewa dan menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi penduduk Bengkulu. Masjid ini merupakan salah satu peninggalan dari presiden Indonesia pertama, yaitu Soekarno. Berdasarkan informasi masjid ini merupakan suatu hadiah / pemberian dari sang presiden.
Pembangunan masjid ini sekitar tahun 1938 – 1942. Pembangunan masjid tersebut terjadi ketika Presiden Soekarno sedang mengalami pengasingan di Bengkulu. Masa pengasingan Soekarno di Bengkulu pun membuahkan hasil yang cukup manis. Pemikiran Soekarno yang cukup modern juga telah berhasil diterima oleh penduduk setempat. Padahal pada waktu itu pemikiran dari semua penduduk di Bengkulu masih sangat primitif.
Lokasi Masjid Jami Bengkulu
Letak dari Masjid Jami berada di daerah yang sangat strategis dan di tengah – tengah kota. Tepatnya berada di Jl Soeprapto Kel Pengantungan, Gading Cempaka, Bengkulu. Dengan lokasi yang cukup strategis membuat lokasi dari Masjid Jami sangat mudah di akses. Hal tersebut juga termasuk dari penggunaan Google map yang sangat membantu dalam memperoleh rute jalan terbaik dan efektif.
Sedangkan untuk akses kendaraan yang digunakan juga sangat bebas. Entah itu menggunakan kendaraan pribadi / transportasi umum. Letak dari masjid yang berada di jalan raya, membuat akses menuju masjid sangat mudah. Akses parkir pada masjid ini juga sangat strategis.
Proses Pembangunan Masjid Jami
Masjid ini dibangun secara langsung oleh Soekarno. Proses pembangunan masjid tersebut berlangsung saat sang presiden mengalami masa pengasingan di Bengkulu. Mulanya Masjid Jami ini hanya merupakan sebuah surau biasa. Dalam arti bangunan masjid hanya berupa bangunan biasa, kondisi bangunan juga tidak megah. Bahkan bangunan masjid tergolong berupa bangunan rusak. Bangunan masjid pun lebih tepat disebut dengan gubuk.
Masjid Jami ini telah ada sejak abad ke 18. Awalnya masjid terletak di tepi pantai. Kondisi bangunan masjid pun tidak begitu megah. Konstruksi masjid sendiri hanya terbuat dari material kayu dengan atap rumbia, lantainya pun juga sangat sederhana.
Saat masjid berada di tepi pantai, yaitu di Kelurahan Kampung Bajak. Letaknya pun berada tepat di samping makam Sentot Ali Basya. Sentot Ali Basya merupakan teman dari Pangeran Diponegoro. Beliau juga mempunyai nasip yang saja dengan presiden Soekarno dan pernah mengalami pengasingan di Bengkulu. Kondisi masjid cukup memprihatinkan. Masjid sering terendam air dan beberapa kayu telah mengalami pelapukan, saat hujan masjid pun selalu mengalami kebocoran.
Kemudian masjid pun dipindahkan di lokasi yang lebih jauh dari pantai, tepatnya di lokasi saat ini. Sayangnya gedung masjid yang baru juga memiliki karakter tidak jauh berbeda dengan kondisi bangunan lama. Atap masjid pun hanya menggunakan material sirap. Penduduk setempat menyebut masjid dengan Surau Lamo.
Saat presiden Soekarno datang, beliau selalu beribadah di masjid tersebut. Lalu beliau juga sangat aktif mengajar di perguruan Muhammadiyah. Perguruan tersebut terletak di Jl Ahmad Dahlan. Sang Presiden Soekarno menggunakan sepeda dan dikawal oleh tentara Belanda. Beliau pun selalu menyempatkan diri menjemput imam masjid yang rumahnya berada tidak jauh dari lokasi masjid.
Dengan melihat kondisi Surau Lamo yang cukup memprihatinkan, sang presiden berinisiatif dalam melakukan perbaikan. Ide dari sang presiden disambut baik oleh penduduk setempat. Lalu Presiden Soekarno mendesain sendiri bangunan masjid. Desain masjid yang dibuat yaitu bangunan dengan style Eropa kuno / classic european.
Proses pembangunan masjid dilakukan secara bergotong royong dengan cara bertahap. Sebagian besar penduduk yang turut serta dalam gotong royong untuk membangun masjid yaitu suku Bangsa Serawai. Material bangunan masjid diambil dari daerah Desa Air Dingin, Rejang Lebong, Bengkulu Utara. Karena pembangunan masjid dilakukan secara bertahap dan perlahan, membuat proses dari penyelesaian konstruksi berlangsung cukup lama. Waktu yang dibutuhkan dalam rekonstruksi masjid mencapai ±1 tahun.
Setelah bangunan masjid selesai seutuhnya, kondisi masjid berubah menjadi cukup drastis. Sebelum dilakukan rekonstruksi kondisi masjid tergolong cukup sepi. Bahkan satu – satunya orang yang aktif dalam masjid tersebut hanya Presiden Soekarno dan beberapa orang yang merupakan penduduk setempat.
Jumlah aktivis dari masjid pun menjadi bertambah, mulai dari anak – anak hingga dewasa. Bahkan sebagian besar kegiatan keagamaan dilakukan di masjid tersebut, termasuk pertemuan para ulama dari beberapa organisasi Islam. Sehingga Masjid Jami menjadi pusat keagamaan di wilayah Pengantungan.
Desain Masjid Jami Bengkulu
Masjid Jami memiliki 3 buah ruang. Ruang pertama yaitu ruang sholat yang menjadi ruang utama. Ruang utama ini mempunyai ukuran 14,65 meter x 14,65 meter. Pada ruang pertama tersebut dilengkapi dengan 3 pintu masuk. Setiap pintu mempunyai 2 buah daun pintu. Pada bagian ambang pintu terdapat hiasan yang berupa kaligrafi dari potongan ayat Alquran. Dalam ruang utama ini dilengkapi dengan mihrab dengan ukuran 1,6 meter x 2,5 meter. Pada sebelah kanan mihrab terdapat sebuah mimbar.
Desain dari mimbar menggunakan akses Istanbul. Mimbar juga dilengkapi dengan 4 buah anak tangga. Ruang yang kedua yaitu serambi masjid. Pada serambi ini dilengkapi dengan lantai yang berupa ubin teraso putih. Ukuran dari ubin ialah 11,46 meter x 7,58 meter. Di ruang ini terdapat sebuah bedug dengan ukuran diameter 80 cm.
Untuk ruang serambi dilengkapi dengan 2 buah pintu masuk. Material yang digunakan pada pintu yaitu teralis besi. Sedangkan ruang yang terakhir yaitu ruang wudhu yang terletak di bagian timur dan dilengkapi dengan kamar mandi / toilet. Pada masjid ini tidak terdapat saka guru layaknya masjid lain pada umumnya.
Atap Masjid Jami ini memiliki bentuk tumpang dengan 3 buah tingkat. Tumpang dari masjid merupakan simbol dari imam, Islam dan Ikhsan. Di bagian atap masjid terdapat 2 buah kubah, material dari kubah terbuat dari seng aluminum. Masjid Jami ini dihiasi dengan berbagai macam ukiran yang berupa potongan dari ayat alquran. Ukiran dari ayat berupa pahatan dengan bentuk sulur dan berwarna kuning emas.
Pemugaran Masjid
Walaupun Masjid Jami ini dibuat secara langsung oleh Presiden Soekarno, namun masjid juga telah mengalami beberapa pemugaran. Dengan adanya pemugaran, kondisi masjid dapat berdiri dengan kokoh hingga saat ini.
Pemugaran masjid pun tidak mengubah desain Masjid Jami. Namun hanya menambah beberapa bagian. Seperti dengan menambah 2 buah menara yang terletak di masing – masing sisi kanan kiri masjid. Di dalam menara juga dilengkapi dengan pengeras suara. Pembangunan menara masih dalam tahap rencana.
Selain menara, pemugaran juga dilakukan pada tempat wudhu. Pada tempat tersebut hanya dilakukan beberapa renovasi, terutama pada kamar mandi yang dibuat lebih modern dengan toilet. Jumlah tempat wudhu juga bertambah.
Pada bagian tempat parkir masjid juga diperluas. Sehingga pengunjung masjid pun merasa sangat nyaman dan dapat parkir dengan mudah. Halaman masjid juga telah dilengkapi dengan paving dan terlihat lebih bersih.