Menilik Kerkhof Peutjoet, Makam Belanda terbesar yang berada di Aceh

Masih jelas kita ingat betapa hebat dan tangguhnya perjuangan bangsa kita yakni bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan dan pembebasan dari masa penjajahan di masa lampau. Sejarah mencatat bahwa selama 3.5 abad atau 350 tahun bangsa Indonesia dijajah oleh pemerintahan Belanda. Tentunya traveler pasti ingat akan hal ini ya!

Sekitar abad ke 16 memang beberapa negara dari Eropa melakukan pelayaran guna mencari rempah – rempah sebagai salah satu tujuan utamanya. Beberapa negara seperti Belanda, Portugis dan Spanyol berlayar hingga ke wilayah timur termasuk sampai ke Indonesia. Mereka mengetahui bahwa bangsa kita ini memiliki kekayaan sumber daya alam termasuk rempah – rempah. Niat awal mereka yang semula untuk memperluas daerah untuk berdagang ternyata berubah hingg akhirnya mereka ingin menguasai bangsa ini.

Salah satu negara yang paling lama menjajah bangsa kita adalah Belanda. Belanda dianggap sebagai negara terkuat saat itu terbukti dari keberhasilan mereka mengusir Portugis dan Spanyol yg sedang berdagang hingga akhirnya keluar dari Indonesia.

Singkat cerita, usaha Belanda mengusir penjajah lain ternyata membuat Belanda semakin serakah dan semena-mena hingga akhirnya turut menjajah bangsa Indonesia. Kerajaan – kerajaan di Indonesia saat itu melakukan perlawanan masing – masing terhadap Belanda. Tak ketinggalan, kerajaan di Aceh pun turut menentang kedudukan Belanda sehingga menurunkan pasukan tuk mengusir pasukan – pasukan Belanda di Aceh.

Aceh merupakan wilayah yang sangat kuat dan sulit di duduki Belanda karena rakyat dan pemimpinnya tidak mudah terbuai oleh pasukan Belanda. Dengan teknik perang gerilya rakyat Aceh yang saat itu di pimpin oleh Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Tuanku Muhammad Dawood, Panglima Polim, serta Teuku Cik Ditiro melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda. Perang antara rakyat Aceh melawan Belanda berakhir sekitar tahun 1910 saat Cut Nyak Dien dinyatakan wafat.

Kuatnya rakyat Aceh mempertahankan wilayah serta beratnya perlawanan mereka di medan perang dapat kita lihat dari banyaknya jumlah pasukan Belanda yang gugur saat itu. Para pasukan Belanda yang gugur saat perang melawan Aceh dimakamkan di sebuah komplek pemakaman khusus.

Kerkhof Peutjoet

Para pasukan militer Belanda yang gugur oleh rakyat Aceh di makamkan disebuah komplek bernama Kerkhof Peutjoet (Peucut). Kata kerkhof berasal dari bahasa Belanda yang memiliki makna yakni kuburan sedangkan peutjoet atau peucut berasal dari gabungan bahasa Aceh yakni photeu yang artinya raja dan tjoet artinya kecil. Sehingga peutjoet bila digabungkan artinya adalah raja kecil, ini merupakan nama panggilan untuk anak dari Sultan Iskandar Muda yang saat itu dituduh melakukan perzinahan dan harus menanggung hukuman di penggal oleh ayahnya sendiri lalu jasadnya pun dimakamkan di area komplek pemakaman Belanda ini jauh sebelum komplek ini dibangun oleh Belanda.

Sumber Gambar: google maps @Lenny Romauli

Kerkhof Peutjoet letaknya tepat di jantung kota Banda Aceh tak jauh dari Masjid Baiturahman. Kerkhof ini persis bersebelahan dengan Museum Tsunami Aceh. Area makam Belanda ini telah masuk dalam situs cagar budaya.

Traveler, ternyata kerkhof ini merupakan kerkhof Belanda terbesar yang letaknya diluar negara itu sendiri lho! Area makam ini menduduki tanah seluas 3,5 hektare. Wah luas sekali ya!

Sumber Gambar: google maps @Bagoes Hardy

Setiap makam para pasukan Belanda rata – rata memiliki nisan berbentuk salib dengan warna putih namun ada juga nisan yang berbentuk seperti tugu. Diatas nisan tersebut tertulis tanggal kematian dari jenazah dan juga namanya serta secuil kisahnya semasa hidup. Di kherkof ini tak hanya ada makam para pasukan militer Belanda saja namun juga ada makam JH Rudolf Hötler yang berperan sebagai pemimpin pasukan Belanda dalam melawan Aceh.

Sumber: Instagram @alan__ferdian

Batalion yang dipimpin oleh JH Rudolf Hötler dianggap sebagai batalion yang paling tangguh dan kuat. Selain makam pasukan Belanda dan pemimpinnya tak lupa juga terdapat makam anak dari Sultan Iskandar Muda yang nisannya dibalut dengan kain kafan putih dan makam nya dipagari dengan lambang kesultanan.

Sumber: Instagram @satyawinnie

Untuk kebersihan area makam ini terlihat cukup bersih dan penataan makam pun terlihat rapih. Hal ini bisa terjadi karena ternyata pemerintah Belanda menggelontorkan sejumlah dana khusus untuk biaya perawatan kerkhof tersebut.

Saat traveler tiba di pintu masuk kerkhof, traveler akan disambut dengan dinding putih yang bertuliskan nama – nama para pasukan Belanda yang gugur dan dimakamkan di kherkof tersebut. Dinding ini dibangun pada tahun 1893 dan terbuat dari batu bata. Jumlah makam di wilayah kherkof ini mencapai 2.000 lebih. Agak bikin merinding ya traveler!

Sumber Gambar: Instagram @muhammadakkral_

Tapi tenang saja, area makam tak se seram seperti yang dibayangkan. Ada baiknya kita jadikan tempat ini sebagai wisata sejarah yang patut kita kenang dan kita banggakan sebagai bukti kuatnya perlawanan rakyat Aceh melawan penjajah di era lampau.

Komplek makam Belanda ini sempat terkena dampak dari tsunami Aceh tahun 2004 sehingga hampir 50 nisan hancur dan ikut hanyut terbawa dalam dahsyatnya tsunami saat itu.

close

Log In

Forgot password?

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.