Indonesia mempunyai banyak sekali museum yang menyimpan berbagai macam benda sejarah. Salah satunya adalah Museum Lewu Hante yang begitu menarik untuk dikunjungi. Bentuknya sendiri tampak mengesankan. Kamu bisa menikmati dua patung yang bernama Upu dan juga Wawei yang mencerminkan laki-laki dan perempuan suku Dayak.
Museum ini bisa juga dikatakan sebagai sebuah rumah adat yang cukup tinggi. Suasana sekitarnya juga cukup mengesankan. Suasananya asri membuat kamu betah untuk berlama-lama di tempat ini lho.
Mengenal Museum Lewu Hante
Seperti yang diketahui bahwa Lewu Hante adalah rumah adat dayak yang memiliki panjang kurang lebih 30 meter hingga 150 meter. Lebarnya mencapai 10 meter sampai 30 meter. Kemudian, memiliki tinggi hampir 3 meter sampai 5 meter.
Rumah ini memang sengaja dibuat tinggi dimana, fungsinya untuk menghindari adanya hewan buas yang datang. Maklum saja, suku Dayak masih tinggal di kawasan hutan yang beresiko kedatangan hewan-hewan buas. Atau juga banjir bah yang kadang-kadang datang dengan sendirinya.
Syarat Pembangunan Lewu hante
Ada hal yang menarik yang bisa kamu nikmati disini. Salah satunya adalah melihat bagaimana syarat membangun rumah semegah ini. Rumah yang juga disebut dengan rumah betang ini memiliki hulu yang harus dibangun searah dengan matahari terbit. Kemudian, untuk hilirnya, searah dengan matahari terbenam.
Syarat ini bukannya tanpa arti atau juga makna, dimana semangat kerja keras diwujudkan dari matahari terbit hingga matahari terbenam. Kerja keras bekerja untuk menghidupi keluarga dan mampu bertahan hidup. Hampir semua suku dayak menganut ajaran ini. Kecuali, Dayak Punan yang hidupnya nomaden.
Cara Menuju Ke Museum
Objek wisata ini terletak di Desa Taniran, kecamatan Banua Lima, kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah, Kawasan pertama yang harus kamu tempuh adalah Tamiang Layang. Berkendaralah kurang lebih 30 menit menuju ke titik lokasi.
Bagi kamu yang berada di luar jawa, lebih baik naik pesawat menuju ke Palangkaraya. Sudah banyak penerbangan langsung yang disediakan dari berbagai kota. Kalau dari jakarta waktu tempuhnya 1 jam 40 menit dengan harga 600an.
Setelah dari sini, kamu bisa menempuh jarak kurang lebih 6 jam 9 menit dengan waktu tempuh 3 jam 4 menit. Atau kamu juga bisa turun di Bandara Internasional Syamsudin Noor yang ada di Banjarmasin. Jarak tempuhnya 201 km dengan waktu 4 jam 55 menit.Â
Untuk jam bukanya, tempat ini akan buka pada pukul 9 pagi dan ditutup jam 3 sore. Untuk Hari sabtu dan minggu libur. Sementara tiket sendiri masih gratis sampai berita ini diturunkan. Hanya saja, kamu wajib membayar parkir sebesar 10 ribu rupiah untuk mobil, dan 5 ribu rupiah untuk motor.
Daya Tarik Museum
Museum ini sendiri dibangun dengan menggunakan kayu ulin. Konon jenis ini memiliki kualitas sangat tinggi. Tidak hanya itu saja, daya tahannya luar biasa, bisa ratusan tahun tanpa perlu renovasi. Satu hal yang paling menarik adalah tahan terhadap rayap yang menjadi momok rumah kayu.
Daya tarik lain dari kawasan ini adalah hadirnya sebuah tugu perbatasan. Dimana, di atasnya kamu bisa melihat sebuah burung yang sedang mengepakkan sayapnya. Namanya, adalah burung enggang. yang konon menjadi satwa endemik Kalimantan.Â
Sayangnya, saat ini, burung ini sudah jarang terlihat. Semakin langka sehingga, tidak banyak orang bisa melihat satwanya secara langsung. Untuk menambah daya tariknya, kawasan ini pun sering mengadakan berbagai macam festival lho. Seperti pentas seni atau juga panggung hiburan untuk para pengunjungnya yang datang.
Di dalam rumah adat ini, kamu bisa menyaksikan berbagai macam peninggalan seperti pistol jaman jepang, piring, malawen, guci kuno, samurai, hingga semua senjata-senjata adat khas Dayak. Ada Mandau serta Tombak yang bisa terawat baik.
Kesimpulan
Museum Lewu Hante menjadi salah satu sajian yang mengesankan. Dimana, kamu bisa melihat bangunan megah. Kamu bisa menjadikannya, sebagai salah satu background foto yang tidak kalah bagusnya. Dengan segala pesonanya, kamu wajib menjadikan tempat ini sebagai salah satu daftar kunjunganmu lho.