Repong Damar, Adat Desa Pahmungan yang Masih Terjaga

Pesona Lampung tidak hanya berhenti di eloknya pulau-pulau yang berjajar menghadirkan panorama alam yang mengesankan. Di pedalaman Lampung, kamu bisa menikmati sebuah hutan yang diberi nama Repong Damar atau bisa dikatakan sebagai Hutan Rakyat yang ditumbuhi oleh Pohon Damar.

Sumber: forestdigest.com

Ukuran Pohon Damar sendiri mempunyai besar dan tingginya kurang lebih 65 meter. Dengan diameter kurang lebih 1,5 meter. Pada pohonnya kamu bisa melihat lubang takik, bentuknya segitiga. Merupakan tumbuhan endemik Indonesia.

Mengenal Pohon Damar

Sumber: Instagram @hagasha_aga

Diantara semua pepohonan Damar yang ada, ada satu jenis yang paling baik bernama mata kucing atau nama latinnya Shorea Javanica. Mampu menghasilkan getah yang berbentuk bongkahan kristal. Kalau dilihat warnanya ada yang putih atau juga kekuningan.

Ternyata, getahnya ini bisa dimanfaatkan untuk menutup berbagai celah-celah papan perahu dan keranjang. Bisa juga dibakar untuk lampu, bisa juga digunakan untuk membatik. Seiring berjalannya waktu, getah ini juga digunakan untuk keperluan industri berupa tekstil, tinta, dupa, korek api dan masih banyak lagi.

Wisata Repong Damar di Desa Pahmungan

Ada satu hal menarik yang bisa kamu saksikan saat memasuki area hutan yang konon sudah berusia kurang lebih 100 tahun ini. Dimana, masyarakat sekitar tidak ada yang berani menebangnya. Ada sebuah hukuman keras yang diberikan dari ketua adat.

Sumber: Mongabay

Hukum ini sudah berlaku sejak 100 tahun lalu. Maka, tidak heran bila kamu bisa melihat panorama hutan yang tampak masih sangat asri dan alami. Hukum yang diterapkan ini tidak mengikat. Masyarakat masih boleh menebangnya dengan alasan yang jelas dan benar-benar membutuhkan kayunta.

Konon katanya, untuk membuat Repong Damar ini membutuhkan waktu paling cepat 20 tahun sampai 30 tahun. Maklum saja, Damar Mata Kucing merupakan jenis Damar yang perkembangbiakannya paling sulit. Jadi, harus dibutuhkan kesabaran ekstra.3

Sumber: Instagram @endangguntorocanggu

Di dalam hutan kamu bisa melihat secara langsung bagaimana warga sekitar mengambil getahnya. Peralatan yang dibawa adalah Tali, Pisau, Jalinan rotan untuk menopang tubuh, tembilang, bebebalang. Serta rotan yang kuat yang bisa menampung getahnya hingga 50 kg. kalau kamu penasaran, boleh juga lho mencobanya.

Proses getah Damar selanjutnya, setelah diambil oleh bapak-bapak, selanjutnya ibu-ibu akan mencucinya. Mereka juga akan menyortir mana getah yang memiliki kualitas  bagus dan mana yang tidak. Selanjutnya getah tersebut akan dikeringkan.

Tentang Masyarakat Desa Pahmungan

Sumber: Instagram @duniaindra

Selain mengandalkan getah, masyarakat sekitar juga mengandalkan pendapatan dari beberapa kebun petai, jengkol dan juga manggis yang akan dijual di daerah kota. Kamu juga bisa membelinya lho.

Menariknya di desa ini adalah warga masyarakatnya yang masih sangat sederhana, ramah dan bersahaja. Kamu seperti pula ke kampung halaman. Cobalah menyapa mereka dan ajak mereka bercanda pasti seru seperti saudara sendiri.

Terdiri dari 350 kepala keluarga, di desa ini sendiri diapit oleh dua sungai besar yang bernama Way Ngison Balak dan Way Ngison Lunik Oleh karena itu namanya adalah Pahmungan atau dalam bahasa Lampung artinya pertemuan dua sungai.

Menuju Ke Objek Wisata

Objek wisata ini terletak di Desa Pahmungan, kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir barat, Lampung. Menuju ke objek wisata ini kamu bisa memulai dari Bandara Radin Inten II.  Arahkan kendaraanmu menuju kota pertama yaitu Pringsewu dan Kotaagung.

Dalam perjalanan yang kurang lebih menempuh 255 kilometer atau 5 jam 10 menit ini. Kamu akan melewati Tanjakan Sedayu, kemudian masuk ke Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang berada di Pesisir Selatan. 

Sebelum kamu tiba di wilayah Krui, cobalah lihat di sebelah kiri kamu, panorama pantai terlihat sangat menawan. 5 Kilometer setelahnya, kamu akan tiba di Ujung Desa Pahmungan.

Bagi kamu yang ingin menginap di desa ini dan melihat lagi bagaimana pengelolaan getahnya, disini sudah tersedia beberapa penginapan yang disediakan oleh para warga. Harganya pun cukup bersahabat mulai dari Rp200 ribu saja.

Kesimpulan

Inilah Indonesia, keberagaman budaya dan adat istiadat yang masih dipertahankan menjadi ciri khas yang tidak bisa ditandingi oleh negara lain. Mungkin, kalau soal alam, negara lain masih bisa mengimbangi. Tetapi, kalau soal budaya, tidak ada satupun yang bisa menyamainya

close

Log In

Forgot password?

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.