Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata “HAMA” ? Pasti yang ada dipikiran sahabat Wisato adalah sesuatu yang merugikan. Secara harfiah hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tidak diinginkan dalam kegiatan sehari – hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan.
Nah dari penjelasan diatas bisa kita Tarik kesimpulan kalau hama itu memang merugikan dan tidak diingankan manusia. Akan tetapi ada beberapa hewan yang dianggap hama tapi bisa dimanfaatkan oleh manusia, kebanyakan untuk dijadikan sebagai bahan makanan. Yang paling sering kita dengar sudah pasti belalang.
Nah, ada satu hama yang sangat merugikan para petani karena hama ini menyerang persawahan dan memakan tanaman padi. Hama ini adalah burung emprit, burung kecil yang menjadi musuhnya para petani. Tapi itu semua berubah di tangannya Mbah Darmo, burung kecil musuh para petani ini berubah menjadi hidangan yang lezat. Darmiyanto atau lebih dikenal Mbah Darmo, warga Dusun Ngrancangan, Desa Wonojoya, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri menemukan resep yang membuat burung hama ini menjadi hidangan yang memanjakan lidah.
Berawal Dari Burung Hias
Semua berawal dari membeli burung emprit hias hidup yang diwarnai utnuk bermain anak – anaknya. Dia membeli sebanyak 200 ekor burung emprit hias untuk dimainkan anak – anak lalu keesokan hampir setengahnya malah mati karena stress. Karena merasa sayang dia pun mencoba memasak burung ini dengan cara di sate. Di luar dugaan setelah dicoba rasanya enak.
Ketika tahun 2006 Mbah Darmo pun mencoba berjualan sate dari olahan daging burung emprit ini dan tanpa diduga banyak sekali pelanggan yang menyukai hidangan ini hingga mempunyai banyak sekali penggemar. Saking terkenalnya pelanggan yang datang untuk mencicipi tidak hanya warga sekitar tetapi juga dari luar kota.
Selain rasanya yang lezat konon katanya burung emprit punya khasiat yang baik untuk tubuh. “Katanya” burung ini dipercaya mengobati sakit sesak, jantung lemah hingga menambah “stamina” sehingga banyak sekali yang memburu hidangan ini. Bayangkan saja saking ramainya pengunjung dalam seharinya Mbah Darmo dapat menghabiskan 300 sampai 500 ekor perhari. Dan bahkan kalau hari libur tiba, Mbah Darmo mampu menjual sampai 1.000 ekor sehari.
Burung emprit juga memiliki cara – cara khusus untuk mengolah agar tekstur hidangan ini tidak mengeras. Karena hidangan ini memang disantap bersamaan dengan daging dan beserta tulang – tulangnya. Menurut Mbah Darmo daging harus direndam dengan parutan nanan dan air agar dagingnya lunak. Selain itu, rendaman tersebut menghilangkan bau amis ketika disajikan.
Lokasi Dan Harga Sate Emprit Mbah Darmo
Kalian bisa mencicipi masakan ini langsung di lokasi ya, lokasinya di Jalan Ahmad Yani RT. 01 / RW.01, Drangin, Monojoyo, Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur 64181 dan mulai buka pada pukul 09.00 WIB hingga tutup. Jadi buat kalian yang mau mencicipi sate burung emprit bisa langsung ke lokasi di saat jam mereka beroperasi ya.
Untuk harga sate emprit yang dipatok Mbah Darmo tergolong murah, satu porsi sate emprit berisi 20 tusuk sate dihargai seharga Rp. 25.000. Selain sate warung makan ini juga menjual menu lain dari jenis burung emprit. Seperti emprit goreng dan juga krengsengan yang dijual dengan harga Rp. 15.000 per porsi.
Mbah Darmo mendapatkan suplai burung emprit ini dari hasil tangkap sendiri atau didapat dari supplier lain kalau – kalau burung emprit yang akan diolah dianggap kurang. Banyak pengunjung yang mengaku awalnya tidak tega karena memikirkan burung emprit mungil dan lucu. Tetapi setelah mencoba mencicipi hidangan ini mereka akan langsung menyukai hidangan ini.
Mereka mengaku kalau tekstur hidangan ini sangat memanjakan lidah apalagi ditambah dengan bumbu kacang yang ditambah dengan bawang merah. Rasa empuk yang tidak hanya daging tetapi juga sampai ke tulang – tulang burung emprit ini. Ditambah lagi rasa gurih bumbu kacang yang di temani oelh bawang merah. Dijamin tidak akan membuat kalian menyesal telah mampir ke warung Sate Emprit Mbah Darmo ini.