Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarahnya sendiri. Selain sejarah di zaman perang kemerdekaan, di Indonesia juga banyak peninggalan sejarah dari kerajaan-kerajaan di masa lampau. Peninggalannya pun bermacam-macam, mulai dari bangunan candi, komplek pemandian raja, benda antik, hingga patung.
Dari sekian banyak peninggalan kerajaan di masa lampau, yang paling menarik di bahas adalah peninggalan yang berupa candi. Karena candi memiliki fungsi yang cukup penting di zaman kerajaan, yakni sebagai tempat persemayaman raja-raja atau sebagai tempat pemujaan. Nah, di Sumatera Utara juga ada beberapa candi yang memiliki nilai sejarah cukup tinggi, salah satunya adalah Candi Pulo.
Lokasi Candi Pulo
Secara administratif candi yang satu ini berada di desa Bahal, kecamatan Portibi, kabupaten Padang Lawas Utara. Untuk bisa sampai di lokasi bangunan candi, para pengunjung yang datang dari ibu kota kabupaten Padang Lawas Utara, Gunung Tua, maka mereka harus menempuh perjalanan sejauh 65 km menuju ke arah selatan dengan waktu tempuh selama kurang lebih 2 jam.
Akses menuju ke Candi Pulo bisa dibilang tidak terlalu sulit, karena jalanan sudah teraspal dan cukup lebar. Hanya saja menjelang sampai di lokasi para pengunjung harus melalui jalan desa yang cukup sempit.
Sementara itu, dilihat dari peta lokasinya, Candi Pulo masih termasuk dalam satu kawasan Percandian Padanglawas. Lokasi candi yang satu ini tidak terlalu jauh dari Candi Bahar 1, yakni sekitar 500 meter di sebelah timur
Bangunan Candi Pulo
Bangunan Candi Pulo bisa dibilang sangat memprihatinkan, karena bangunan utamanya telah hancur termakan oleh usia dan kondisi alam. Akan tetapi dilihat dari sisa-sisa bangunannya diprediksi bahwa Candi Pulo memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran 4 x 9 meter, dengan bangunannya terbuat dari susunan bata dan batu. Reruntuhan Candi Pulo terlihat menghadap ke utara, yang menjadikannya sebagai satu-satunya candi di kawasn Percandian Padang Lawas yang menghadap ke arah utara. Karena semua candi di kawasan tersebut menghadap ke arah timur.
Candi Pulo dibangun di atas bukit buatan, yang di mana pada bagian sisi tebing-tebingnya diperkuat dengan pondasi batu. Sementara lahan di sebelah timur dan selatan bukit buatan terlihat sangat terjal, sehingga membuatnya menyerupai sebuah jurang. Akan tetapi karena lokasinya yang berada di atas sebuah bukit, para pengunjung pun bisa dengan leluasa menyaksikan keindahan dan hijaunya alam sekitar.
Tak begitu jauh dari bangunan utama Candi Pulo terlihat sisa aliran alir yang mengalir ke bawah menuju ke areal persawahan milik warga setempat. Banyak yang memperkirakan apabila dahulu sempat menjadi aliran sungai Batang Pane. Selain bangunan utama, masih bisa disaksikan reruntuhan bangunan lainnya di sekitar Candi Pulo yang diperkirakan adalah bekas dari halaman candi. Tidak hanya itu, di sekitarnya juga masih terlihat berserakan unsur-unsur bangunan dari candi itu sendiri, mulai dari lapik, stupa, umpak, kemuncak, dan stambha.
Perbandingan Kondisi Terkini Candi Pulo dengan Catatan F.M. Schnitger
Menurut informasi, F.M. Schnitger yang merupakan seorang penulis dan arkeolog, pernah berkunjung ke kawasan Percandian Padanglawas pada tahun 1935 yang lalu. Dalam bukunya yang berjudul “Archaeology of Hindoo Sumatra’, dia menjelaska bahwa Candi Pulo tidak mempunyai ruang yang cukup luas, dan hanya memiliki tiga buah stupa pada bangunan induknya. Sementara itu pada bagian sisi-sisi bangunan candi terdapat menara yang berhiaskan mutiara yang keluar dari mulut patung raksasa.
Menurut catatan Schnitger, di Candi Pulo terdapat beberapa relief yang ikonik, seperti manusia berkepala sapi yang terletak di bagian kiri tangga candi. Sementara pada sisi bagian timur terdapat relief manusia berkepala gajah yang sedang menari dan raksasa dengan kaki terangkat tinggi. Walaupun tokoh sapi dan nandi erat kaitannya dengan ajaran agama Hindu, namun Candi Pulo diketahui sebagai candi Buddha. Hal itu diperkuat dengan ditemukannya lapik-lapik stupa.
Bagaimana, pernah berkunjung ke Candi Pulo? Jangan hanya berlibur ke pantai atau pun mendaki gunung, cobalah sesekali berlibur ke tempat-tempar bersejarah untuk menumbuhkan rasa cinta pada Tanah Air.