Danau Ranau merupakan danau terbesar kedua yang ada di pula u Sumatra. Untuk danau paling besar yaitu Danau Toba. Dengan status sebagai danau terbesar kedua, membuat danau ini cukup mempesona dan sangat recommend untuk dikunjungi.
Untuk pesona alam dari danau ini cukup kompleks dengan berbagai macam kondisi landscape yang cukup apik. Selain itu danau ini terlihat sangat megah akan luas danau pun hingga mencangkup 2 buah provinsi sekaligus. Hal menarik lain dari danau ini menyimpan beberapa mitos yang cukup legendaris
Letak Danau Ranau
Danau Ranau adalah terletak diantara area perbatasan antara 2 buah provinsi, yaitu Provinsi Lampung dan Sumatra Selatan. Untuk daerah Lampung, danau terbesar kedua ini berada di Kab Lampung Barat dan sedangkan di provinsi Sumatra Selatan, letak danau di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.
Dengan letak yang berada di antara 2 buah provinsi sekaligus, membuat akses menuju ke destinasi wisata alam ini mempunyai berbagai macam rute. Jadi dapat diakses dari arah selatan / Lampung dan juga dapat diakses dari arah utara / Sumatra Selatan.
Baik untuk akses dari arah Lampung / Sumatra Selatan, sama – sama membutuhkan waktu perjalanan yang cukup lama. Waktu perjalanan tersebut dihitung dari pusat ibu kota Lampung dan Sumatera Selatan.
Untuk mengunjungi destinasi wisata danau ini, harus sabar. Karena setidaknya membutuhkan waktu seharian penuh jika diakses dari arah pusat ibu kota Lampung maupun Sumatra Selatan. Waktu perjalanannya sekitar ±8 jam.
Fakta Menarik Danau Ranau
Sebagai danau terbesar kedua di pulau Sumatra, danau ini menyim beberapa fakta menarik. Inilah fakta tentang danau ranau :
1. Danau Terluas Kedua Di Pulau Sumatera
Pulau Sumatera mempunyai 2 buah danau yang sangat luas dan besar. Untuk danau yang paling luas pertama yaitu Danau Toba. Untuk Danau Toba yang mempunyai luas hingga mencapai ±1130 km² ini menjadi danau paling luas di Indonesia. Bahkan menjadi danau yang paling luas di Asia Tenggara.
Sedangkan untuk danau paling besar yang kedua yaitu Danau Ranau ini. Luas danau ini hanya sebesar ±125 km². Dengan luas sebesar itu, danau ini pun hanya menyandang status sebagai danau paling besar kedua yang ada di pulau Sumatra. Sayangnya luas danau ini tidak dapat membuat danau ranau masuk ke dalam jajaran 10 danau terbesar di Indonesia.
Dengan luas yang mencapai ±125 km², membuat kondisi dari danau cukup dalam. Tingkat kedalaman danau mencapai ±229 meter. Sehingga dilarang keras untuk berenang. Serta melakukan eksplorasi di dalam air. Dengan kata lain danau ini tidak recon untuk diving dan snorkeling.
Danau Ranau adalah yang membentang luas ini, membuat danau ranau mungkin membutuhkan waktu lebih dari 1 hari untuk mengeksplorasi seutuhnya. Terlebih lagi terdapat berbagai macam hal yang sangat menarik dari danau ini.
2. Proses pembentukan danau dengan secara ilmiah
Dalam proses pembentukan danau ranau ini terdapat 2 buah versi, yaitu versi ilmiah dan folktale / cerita rakyat. Untuk proses pembentukan danau versi ilmiah yaitu merupakan suatu fenomena alam yang terjadi puluhan ribu tahun yang lalu.
Proses pembentukan danau akibat dari adanya pergerakan lempeng benua. Sebelum adanya danau tanah tersebut berupa tanah yang merekah dan membentuk cekungan dengan ukuran panjang dan lebar yaitu 17 km × 12 km.
Keberadan tanah yang merekah tersebut diakibatkan dengan adanya gunung api purba dengan status aktif dan telah beumur sekitar puluhan abad. Gunung api purba tersebut hanya sebongkah tanah yang berbukit, namun di dalam tanah tersebut terdapat lava aktif.
Lalu suatu ketika, gunung api tesebut meletus dengan sangat dahsyat. Sehingga larva pun keluar dari tanah dan mengehempaskan tanah yang menjadi lokasi gunung dan juga tanah yang ada disekitarnya.
Hasil dari letusan gunung api purba tersebut membentuk suatu kaldera raksasa. Namun ada beberapa magma yang masih aktif dan bongkahan bukit yang masih tersisa. Kemudian bongkahan dari gunung api yang purba membentuk gunung baru. Gunung tersebut adalah gunung Seminung.
Kemudian untuk kaldera yang terbentuk dari hasil letusan gunung api purba keluar air. Sungai yang berada dekat dengan kaldera juga turut mengaliri. Semakin lama kaldera tersebut berubah menjadi danau. Lalu tanah sekitar danau pun semakin lama ditumbuhi tamanan liar dan juga pepohonan, hingga akhirnya berubah menjadi area pegunungan yang hijau.
3. Pohon hara dan sepasang burung besar
Sedangkan untuk versi folklore / legenda, konon area danau ranau merupakan suatu rawa kecil yang letaknya tidak jauh dari daerah pemukiman. Di tepi danau dipenuhi dengan pohon reranau dan menjadi tempat tinggal Ketua adat. Selain pohon reranau, juga terdapat sebuah pohon hara yang sangat besar. Di pohon hara tersebut menjadi habitat burung dan terdapat sepasang burung besar yang menjadi ketua kelompok.
Daerah di sekitar rawa sangat subur, sehingga dimanfaatkan para penduduk untuk bercocok tanam. Semakin lama jumlah ladang yang ada di sekitar rawa bertambah banyak. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk semakin meningkat.
Beberapa anak dari penduduk pun sering berkeliaran dan bermain di area rawa hingga di pohon hara. Anak – anak pun juga sering mwnjahili burung yang tinggal di pohon tersebut. Ada pula yang menangkap beberapa burung.
Hal yang telah dilakukan anak – anak penduduk mengundang amarah dari burung besar / ketua kelompok. Sehingga burung besar pun menyerang semua orang yang berada di dekat pohon. Karena hal tersebut berbahaya, para penduduk dan Ketua adat berniat untuk mengusir burung besar dengan mengenang pohon hara.
Pada akhirnya burung besar pun berhasil diusir oleh Ketua adat, sebab para penduduk tidak mempunyai kekuatan seperti Ketua adat. Lalu mereka pun menebang hampir seluruh pohon reranau dan pohon hara.
Tetapi setelah ditebang, pohon tersebut mengeluarkan mata air dengan tanpa henti. Hingga pada akhirnya air dari pohon menggenangi area rawa dan sekitarnya. Kemudian terbentuklah sebuah danau.
4. Kondisi air beracun
Salah satu alasan mengapa di area danau tidak boleh dieksplorasi lebih dalam kondisi air beracun. Jadi pengunjung pun hanya diperbolehkan untuk mengeksplorasi permukaan danau. Bahkan sering terjadi suatu kasus dimana semua ikan yang ada di danau mati.
Pada 1992 di daerah Danau Ranau diadakan suatu penelitian yang dilakukan oleh ahli limnogi lokal dari LIPI dan asing yang berasal dari Filandia. Dari hasil penelitian tersebut, menyatakan bahwa kondisi air di Danau Ranau beracun, terutama di area dasar danau.
Hal ini disebabkan karena adanya kandungan belerang yang sangat tinggi. Kemudian pada tingkat kedalaman ±70 meter, tidak ada lagi oksigen. Pada musim penghujan, suhu air turun dan mengakibatkan terjadinya suatu siklus air dimana air sekaan mengaduk. Sehingga air menjadi tercampur dan air dari dasar danau pun naik ke atas.