Provinsi Aceh terkenal dengan sebutan sebagai bumi Serambi Mekkah, karena memang di tempat ini lah pertama kali agama Islam masuk ke Indonesia. Hal itu sendiri ditandai dengan berdirinya kerajaan Islam pertama di Indonesia yang bernama Samudra Pasai. Akan tetapi jauh sebelum itu sudah terlebih dahulu berdiri kerajaan Hindu, yang di mana peninggalannya masih bisa kita saksikan hingga saat ini. Dari beberapa peninggalan yang ada, yang paling terkenal adalah Benteng Indra Patra. Selayaknya benteng pertahanan pada umumnya, benteng ini memiliki bangunan yang sangat kokoh sehingga tetap gagah berdiri meskipun sudah berusia lebih dari seribu tahun.
Lokasi Benteng Indra Patra
Benteng Indra Patra sendiri terletak dekat dengan pantai Ujong Batee, atau secara administratif terletak di desa Ladong, kecamatan Masjid Raya, kabupaten Aceh Besar, provinsi Aceh. Bagi para pengunjung yang datang dari Banda Aceh, maka mereka harus menempuh perjalanan sejauh 25 kilometer atau dengan waktu tempuh selama kurang lebih 35 menit.
Para pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi atau dengan angkutan umum untuk menuju ke lokasi benteng. Apabila menggunakan angkutan umum, mereka harus turun di Jalan Krueng Raya, yang kemudian melanjutkan perhalanan menuju ke Pelabuhan Krueng Raya. Benteng Indra Patra memang dekat dengan pesisir, karena memang dahulu difungsikan untuk menghalau serangan meriam dari kapal Portugis.
Sejarah Benteng Indra Patra
Berdasarkan informasi, Benteng Indra Prata dibangun oleh Kerajaan Lamuri pada abad ke-7. Pembangunannya sendiri berada di bawah perintah putra Raja Harsa, yang diketahui adalah seorang raja di salah satu kerajaan di India. Karena terjadi sebuah konflik, putra dari Raja Harsa melarikan diri ke Aceh dan di sanalah dirinya kemudian membangun Kerajaan Lamuri. Kerajaan ini kemudian memiliki tiga titik pusat pemerintahaan, yakni di Indraprata, Indrapuri, serta Indrapurwa. Demi melindungi kerajaannya dari serangan kapal-kapal perang Portugis, maka dibangunlah Benteng Indra Patra yang berdiri kokoh hingga saat ini.
Melihat dari fungsinya, maka bukan hal yang mengherankan jika benteng ini terletak persis di dekat pantai dan menghadap Selat Malaka. Pada zaman dahulu dan hingga kini, Selat Malaka memang menjadi salah satu jalur yang cukup sibuk, karena menghubungkan antara dua benua dan dua samudra.
Ketika Kerajaan Lamuri tak lagi berjaya, benteng ini masih memegang peranan penting. Seperti halnya ketika pada masa kejayaan Kesultanan Aceh, benteng ini juga digunakan oleh Laksamana Malahayati sebagai benteng pertahanan dari serangan Portugis.
Akan tetapi kemudian benteng ini mengalami kerusakan yang cukup parah setelah Aceh diguncang gempa berkekuatan 9,1-9,3 SR, yang kemudian disusul oleh gelombang tsunami yang sangat dahsyat.
Pesona Benteng Indra Patra
Benteng Indra Patra sebenarnya terdiri dari empat bangunan, yang di mana dua bangunannya telah rusak dan hanya menyisakan puing-puing. Sementara dua bangunan lainnya masih berdiri kokoh hingga kini. Kokohnya dua bangunan benteng yang masih tersisa itu tak lepas dari struktur dan kontruksi bangunannya yang kuat. Menurut informasi, benteng ini dibuat dari bebatuan gunung yang kemudian disusun dan direkatkan dengan perekat yang terbuat dari campuran batu kapur, tumbukan kerang, tanah liat, serta putih telur. Teknik perekatan dengan memanfaatkan putih telur memang sering dijumpai pada bangunan bersejarah di Indonesia, termasuk pada bangunan candi.
Dari kedua bangunan benteng yang masih tersisa, bangunan yang terbesar berukuran 70 meter x 70 meter, dengan tinggi 3 meter dan ketebalan dinding 2 meter. Tingginya bangunan benteng membuat para pengunjung harus menggunakan tangga yang ada di sisi benteng untuk bisa memasuki halamannya. Ketika memasuki halaman benteng, para pengunjung akan disambut dengan rerumputan hijau yang memenuhi dasar benteng. Kemudian di salah satu sudut benteng para pengunjung akan menemukan sebuah stupa, yang di mana di dalamnya terdapat air yang sangat jernih. Konon, itu adalah air suci yang digunakan untuk ibadah umat Hindu.
Selain itu, di benteng ini para pengunjung juga bisa menemukan beberapa bunker yang didesain berundak. Melihat dari bentuknya, diperkirakan dulunya bunker-bunker tersebut digunakan untuk menyimpan senjata dan amunisi.
Fasilitas di Benteng Indra Patra
Fasilitas yang ada di Benteng Indra Patra bisa dibilang cukup minim. Namun para pengunjung bisa memanfaatkan fasilitas yang ada di Pantai Ujong Batee, karena memang lokasinya yang cukup berdekatan. Di Pantai Ujung Batee fasilitasnya cukup lengkap, mulai dari toilet, mushola, hingga warung penjual aneka makanan dan minuman. Untuk memarkirkan kendaraannya, para pengunjung juga bisa memanfaatkan area parkir yang ada di Pantai Ujong Batee.
Harga Tiket Masuk ke Benteng Indra Patra
Untuk memasuki Benteng Indra Prata, para pengunjung tak perlu mengeluarkan biaya alias gratis. Para pengunjung hanya dikenakan tarif untuk parkir kendaraan sebesar 10 ribu rupiah untuk mobil dan 5 ribu rupiah untuk motor.