Benteng Toboali, Saksi Bisu Sejarah di Pulau Bangka

Alam selalu memiliki cara tersendiri untuk membuat manusia terkesima akan keindahannya. Tidak terkecuali di kala sore hari, di mana matahari secara perlahan mulai tenggelam meninggalkan bumi dan menyisakan cahaya kuning kemerahan yang sungguh romantis dan menciptakan suasana yang cukup magis. Pemandangan akan terlihat semakin cantik jika dilihat dari balik bangunan tua berusia ratusan tahun ditambah dengan ombak yang bergulung-gulung berlarian. Suasana seperti itu pun bisa kamu temukan ketika berkunjung ke Benteng Toboali yang berada di Pulau Bangka, Provinsi Bangka Belitung.

Sumber: wisatabangkaselatan

Benteng Toboali, sebuah bangunan tua yang masih terlihat begitu gagah dengan berhiaskan rudal yang terpampang jelas di pintu masuk. Suara burung yang saling bersahut-sahutan di saat senja akan menambah kesan magis pada bangunan yang satu ini, dan bisa membawamu seakan-akan kembali ke masa lampau di zaman perang kemerdekaan. Menurut informasi yang didapatkan Benteng Toboali adalah benteng yang dibangun pada masa penjajahan Belanda dan digunakan untuk melindungi pertambangan timah dari serangan musuh yang bisa datang secara tidak terduga. Belanda benar-benar pintar memanfaatkan kekayaan alam Pulau Bangka yang memang kaya akan hasil tambang berupa timah. Namun sayangnya pada masa perang dunia kedua benteng eksotis ini harus jatuh ke tangan Jepang pada tahun 1942 sampai 1945 yang lalu.

Arsitektur Benteng Toboali

Sumber: Instagram@Devita Nur Azizah

Untuk arsitekturnya sendiri benteng ini memiliki luas sekitar 54×32 meter dengan tinggi yang bervariasi, antara 2 hingga 3 meter. Ketebalan dinding bangunan utamanya adalah 90 hingga 120 meter, cukup tebal layaknya benteng pada umumnya. Sementara di sebelah kiri benteng terdapat sebuah bangunan yang terdiri dari beberapa ruangan. Sedangkan di sebelah kanan untuk saat ini bentuk dari bangunan Benteng Toboali sudah tidak lagi terlihat, hanya reruntuhan batu tua berselimutkan lumut yang bisa menjadi saksi bisu sejarah. Bahkan lebih tragisnya lagi ada sebagian reruntuhan batu tersebut yang sudah hancur menjadi berkeping-keping, entah karena memang proses alam atau karena ulah jahil dari manusia.

Sumber: pesona.travel

Usianya yang sudah mencapai ratusan tahun membuat beberapa sisi tembok Benteng Toboali sudah ditumbuhi oleh lumut. Bahkan sudah banyak akar-akar pohon besar yang mulai merayap ke sisi dinding seakan ingin merangkul dan kemudian menenggalamkannya ke dalam bumi. Sementara di sisi tengah bangunan kondisinya kosong melompong, hanya terdapat beberapa meja dan bangku yang terbuat dari batu. Konon lokasi tersebut pada zaman dahulu digunakan sebagai tempat berkumpul dan makan para prajurit Belanda.
Di Benteng Toboali juga bisa terlihat dengan jelas pemandangan dari Pantai Bhayangkara atau yang biasa disebut dengan Pantai Nek Aji. Cara terbaik untuk menikmati Pantai Nek Aji di Benteng Toboali adalah masuk ke dalam bangunan, duduk di sebuah bebatuan yang berada tepat di bawah pohon rindang.

Lokasi Benteng Toboali

Sumber: beritabaik.id

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Benteng Toboali adalah bangunan bekas peninggalan kolonial Belanda yang sekarang menjadi saksi bisu di Pulau Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Benteng ini sendiri dibangun dengan menggunakan bata merah pada tahun 1825 tepat di tepi pantai kelurahan Tanjung Ketapang, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Bangka Belitung. Tidak terlalu jauh dari pusat kota Toboali, di mana hanya berjarak sekitar 5 km atau dengan waktu tempuh sekitar 10 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Akan tetapi dari Kota Pangkal Pinang, lokasi Benteng Toboali masih sekitar 130 km dengan waktu tempuh sekitar 3 jam perjalanan.

Sumber: Instagram @ada_resti

Benteng ini sendiri memang sengaja dibangun di Toboali, karena dianggap daerah tersebut memiliki posisi yang sangat strategis dalam penguasaan tambang timah sejak abad ke-16. Benteng Toboali juga dibangun di atas bukit dengan alasan bisa lebih mudah memantau perairan di Laut Jawa dan Pelabuhan Bom Pendek di Toboali.

Sama seperti kota Muntok di ujung barat Pulau Bangka, Toboali pada zaman dahulu juga dibagi ke dalam beberapa klaster. Di mana di sana ada klaster Cina, klaster Melayu, dan klaster Melayu. Tujuan dari adanya beberapa klaster tersebut tak lepas dari keinginan Belanda agar lebih mudah dalam mengendalikan stabilitas di Toboali dan mengendalikan penduduk Pulau Bangka.

close

Log In

Forgot password?

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.