Festival Lembah Baliem, Atraksi Peperangan Antar Suku Papua

Indonesia adalah negara beragam yang terdiri dari berbagai suku dan ras. Oleh sebab itu, Bumi Pertiwi dijuluki sebagai negara yang bhineka tunggal ika, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Dari beberapa wilayah yang ada di Indonesia, Papua dikenal sebagai daerah yang dihuni paling banyak suku, salah satunya Suku Dani yang disebut sebagai suku terbesar di Bumi Cendrawasih. Ngomong-ngomong soal Suku Dani, suku yang tinggal di Lembah Baliem ini juga secara rutin mengadakan festival Lembah Baliem di setiap tahunnya.

Awal Mula Festival Lembah Baliem

Sumber: Instagram @saragih_erick

Festival Lembah Baliem telah digelar sejak 1989 yang lalu, tepat setelah pemerintah melarang adanya peperangan antar suku. Sebelumnya, di sekitar Lembah Baliem memang sering terjadi peperangan antar suku, yang melibatkan Suku Dani dan beberapa suku yang lainnya. Sering timbulnya korban jiwa dan bisa memecah belah persatuan membuat pemerintah melarang adanya peperangan antar suku.

Mensiasati hal itu, di Lembah Beliam mulai diadakan festival yang bisa digunakan sebagai wadah bagi suku-suku lainnya untuk berperang. Namun, berperang di sini tidak dilakukan secara sungguhan untuk saling membunuh, melainkan hanya untuk sekedar pamer kekuatan di antara suku-suku yang mendiami Lembah Baliem.

Festival Lembah Baliem, Gambaran Peperangan Antar Suku

Sumber: Instagram @potretpapua

Festival Lembah Baliem dilangsungkan selama tiga hari setiap bulan Agustus, hampir bebarengan dengan hari kemerdekaan Indonesia, yang diikuti oleh Suku Dani, Suku Lani, dan Suku Yali. Festival unik ini dimulai dengan adanya skenario yang bisa memicu terjadinya peperangan antar suku, seperti pembunuhan, penculikan, hingga pengeroyokan. Peristiwa tersebut memancing suku lainnya untuk mengadakan peperangan sebagai bentuk pembalasan.

Meskipun memiliki alur cerita yang demikian, namun Festival Lembah Beliam tidak mengajarkan suku-suku di Papua untuk selalu berperang dalam menyelesaikan masalah. Festival tersebut justru membawa pesan positif, yaitu ‘Hubuluk Motog Hanoro’ yang berarti ‘Harapan Akan Hari Esok yang Harus Lebih Baik’. Dalam peperangan itu, ketiga suku tersebut menggunakan senjata berupa tombak panjang berukuran 4,5 meter, busur, serta anak panah.

Selain itu, Festival Lembah Baliem juga dimeriahkan oleh pesta daging babi yang dimasak di bawah tanah. Selain itu ada juga hasil kerajinan tangan dari suku-suku tersebut, untuk kemudian dipamerkan atau dijual kepada turis.

Berperang dengan Menggunakan Pakaian Adat

Sumber: Instagram @_febrian

Walau pun suku-suku di Papua telah banyak yang tersentuh oleh modernisasi, namun Suku Dani, Yali, dan Lani, memilih untuk tetap melestarikan tradisi para leluhurnya. Para pria dari ketiga suku tersebut masih menggunakan koteka untuk menutupi kemaluannya, dan para wanita menggunakan rok yang terbuat dari rumput atau serat pakis yang disebut sali. Untuk koteka terbuat dari kulit labu air yang dikeringkan.

Sumber: Instagram @tanya_keisha

Walaupun sama-sama menggunakan koteka, namun setiap suku memiliki ciri khas tersendiri. Dalam Festival Lembah Beliem, Suku Dani biasanya hanya akan menggunakan koteka kecil untuk menutupi kemaluannya. Kecilnya koteka yang digunakan Suku Dani dikarenakan perawakan mereka yang kecil. Sementara Suku Lani mengenakan koteka yang lebih besar, karena memiliki tubuh yang tinggi besar. Sementara Suku Yali menggunakan koteka panjang dan ramping, untuk kemudian diikatkan menggunakan sabuk yang terbuat dari rotan.

Yang Perlu Diperhatikan Ketika Melihat Festival Lembah Baliem

Sumber: Instagram @festivallembahbaliem

Sebagai tamu, setiap turis yang menyaksikan Festival Lembah Baliem harus tetap menjaga kesopanan. Jangan sesekali berbicara yang mengundang SARA, karena masyarakat Papua mudah tersinggung mengenai bahasan tersebut. Sementara itu, situs resmi Festival Lembah Baliem juga melarang para turis untuk mendekati warga setempat yang sedang mabuk, demi mencegah hal-hal yang tak diinginkan.

Kemudian, ada baiknya berkunjung ke Festival Lembah Baliem dengan membawa cemilan untuk diberikan kepada anak-anak atau warga sekitar. Suku Dani disebut sangat senang jika diberi buah tangan oleh para turis. Mereka menganggap buah tangan yang diberikan sebagai wujud kebersamaan dan saling menghormati.

Selanjutnya pastikan membawa baju hangat dan payung atau jas hujan ketika berkunjung ke Festival Lembah Baliem. Udara dingin di Lembah Baliem sama sekali tidak bisa dianggap sepele, kemudian di sana juga sering turun hujan, sehingga payung atau jas hujan akan sangat dibutuhkan.

close

Log In

Forgot password?

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.