Mumi Lembah Baliem, Bukti Kekayaan Indonesia Timur

Sejauh ini Papua dikenal sebagai salah satu provinsi yang dihuni banyak suku, salah satunya adalah Suku Dani yang disebut sebagai suku terbesar yang mendiami Lembah Baliem. Sejak Papua atau Irian kembali ke pelukan Ibu Pertiiw, Lembah Baliem memang begitu fenomenal, terutama berkat keindahan alamnya. Seiring berjalannya waktu, nama Lembah Baliem juga semakin dikenal berkat adanya Festival Lembah Baliem, yang diikuti oleh Suku Dani, Suku Lani, dan Suku Yani, yang diselenggarakan setiap tahun pada tanggal 7 hingga 10 Agustus.

Selain itu, Lembah Baliem juga masih menyimpan sejuta keunikan yang lainnya, termasuk keberadaan beberapa mumi yang telah berusia ratusan tahun. Mumi di Lembah Baliem juga masih terawat dengan baik, bahkan para wisatawan diizinkan untuk berfoto dengan mumi-mumi tersebut.

Tradisi Kematian di Lembah Baliem

Sumber: portalsains.org

Masyarakat di Lembah Baliem, yang mayoritas Suku Dani, memiliki dua tradisi kematian. Pertama mereka akan membakar jasad orang yang telah meninggal, layaknya ngaben yang berada di Bali, dan yang kedua adalah memumikan jasad orang tersebut. Hanya saja tidak sembarang jasad bisa dimumikan, karena mereka hanya akan melakukannya untuk jasad yang semasa hidupnya dianggap memiliki pengaruh besar, seperti halnya panglima perang.

Tahapan Memumikan Jasad di Lembah Baliem

Sumber: Instagram @florentinaworone

Jika bangsa Mesir memumikan jasad dengan cara dibalsem, berbeda halnya dengan yang dilakukan oleh Suku Dani. Sebelum memumikan jasad, mereka akan terlebih dahulu mempersiapkan kayu bakar dan Honai Pilamo. Setelah semuanya terpenuhi, barulah mereka akan memumikan jasad tersebut, dengan cara pertama adalah mengasapinya menggunakan kayu bakar. Sebelum proses pengasapan, mereka akan terlebih dahulu mempersiapkan anak babi yang baru lahir. Lama waktu pengasapan mumi dihitung sejak anak bayi tersebut dilahirkan hingga akhirnya tumbuh gigi taring yang panjang. Setelah babi tersebut memiliki gigi taring, Suku Dani akan menyembelihnya dan mengalungkan ekor babi tersebut ke leher sang mumi. Setelah semuanya selesai, proses pemumian akan diakhiri dengan pesta bakar batu.

Empat Mumi Telah Dikonservasi

Sumber: Instagram @bernardwildlife

Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayawijaya, setidaknya sudah ada empat mumi Lembah Baliem yang telah dikonsrvasi, yaitu mumi Araboda, Pumo, Aikima, dan Yiwika. Proses konservasi keempat musim tersebut telah dilakukan pada Oktober hingga November 2017 yang lalu, dengan memakan biaya 900 juta rupiah.

Sumber: Instagram @bernardwildlife

Untuk mumi Araboda, yang juga disebut dengan Alongkah Huby, ini lokasinya berada di Kampung Bauntagima, Distrik Assologaima, Kabupaten Jayawijaya. Mumi ini telah tersimpan dengan baik di sebuah kotak penyimpanan yang diletakkan di Honai Pilamo, atau rumah honai khusus untuk pria. Para wisatawan pun bisa masuk ke honai tempat penyimpanan mumi tersebut dengan membayar biaya sebesar 50 ribu rupiah. Selanjutnya mumi Pumo, atau yang dikenal juga dengan mumi Agatmamente Mabel terletak di Kampung Wogi, Distrik Silokarnodoga, Kabupaten Jayawijaya. Kondisi mumi ini tak jauh berbeda dengan mumi Araboda, yang tersimpan di sebuah kotak penyimpanan dan ditelakkan di dalam Honai Pilamo. Para wisatawan pun bisa berfoto dengan mumi tersebut.

Sumber: Instagram @hitspapua.id

Sementara itu, mumi Yiwika disebut sebagai mumi yang paling terkenal di Lembah Baliem. Mumi ini pun sering kali diangkat keluar honai jika ada wisatawan yang datang dan ingin melihatnya secara langsung. Namun, karena hal itu lah kondisi mumi ini mulai rapuh, sehingga butuh penanganan yang lebih lanjut. Sampai saat ini masyarakat di Lembah Baliem tidak melakukan pengawetan mumi berdasarkan kaidah ilmiah, mereka hanya melakukannya dengan cara yang sederhana, yaitu melumurinya dengan lemak babi dan mengasapinya.

Di Lembah Baliem juga ada mumi Yamen Silok, yang terletak di Kurima, Yahukimo, dan yang dikenal sebagai satu-satunya mumi berjenis kelamin perempuan. Mumi ini pun hanya disimpan sekadarnya di honai, sehingga butuh penanganan konservasi yang lebih serius demi tetap menjaga keutuhannya.

Kepercayaan Suku Dani terhadap Mumi

Sumber: Instagram @bernardwildlife

Suku Dani sangat menghormati keberadaan mumi-mumi di Lembah Baliem. Mereka berpendapat bahwa arwah sang mumi akan memberikan kesejahteraan bagi mereka. Oleh sebab itu, mereka bertekad untuk terus merawat mumi-mumi tersebut.

Itulah sekilas cerita tentang mumi Lembah Baliem, yang menjadi bukti dari kekayaan budaya dan tradisi bangsa Indonesia.

close

Log In

Forgot password?

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.