Lubang Kolam Destinasi Wisata Yang Penuh Dengan Sensasi Eksotis Tetapi Menyeramkan

Lubang Kolam adalah salah satu destinasi wisata alam sekaligus sejarah yang penuh dengan sensasi. Mulai dari ekstream, menakutkan, mistis, eksotis, menakjubkan dan masih banyak lagi sensasi yang akan diperoleh ketika mengunjungi destinasi wisata. Destinasi wisata ini juga sangat tidak disarankan untuk dijadikan sebagai destinasi solo traveling.

Lokasi Lubang Kolam

Destinasi wisata ini terletak di Jl Bangkinang – Payakumbuh, Merangin, Kuok, Kampar, Riau. Letak dari destinasi wisata tersebut cukup jauh dari pusat ibu kota Pekanbaru Riau dan jalur trans Sumatera HWY. Karena itu sebaiknya gunakan kendaraan pribadi ketika hendak mengunjungi destinasi wisata tersebut.

Bagi wisatawan yang berasal dari luar Riau, dapat menggunakan Sultan Syarif Kasim II International Airport sebagai destinasi penerbangan yang hendak menggunakan jalur udara. Bandara tersebut terletak di Jl bandara Sultan Syarif Kasim II, Maharatu, Marpoyan Damai, Pekanbaru.

Sumber Gambar: bestahumendala.blogspot.com

Waktu yang diperlukan dari arah bandara / pusat kota Riau memakan waktu yang cukup lama. Setidaknya membutuhkan waktu perjalanan selama ±3 jam. Lama waktu perjalanan mungkin menjadi suatu faktor untuk lubang kolam yang hanya dikunjungi wisatawan sekitar. Dari waktu yang cukup lama tersebut tidak akan membuahkan kekecewaan. Karena hanya lubang Kolam yang merupakan satu – satunya destinasi wisata yang penuh dengan sensasi.

Harga Tiket Masuk Lubang Kolam

Tarif tiket masuk destinasi wisata Lubang Kolam dibandrol dengan harga 10.000 IDR per orang. Harga tersebut berlaku untuk setiap hari, baik untuk weekend maupun weekday. Sementara untuk waktu operasional Lubang Kolam dimulai dari 09.30 dan tutup pukul 17.30 WIB. Khusus untuk jam tutup sebaiknya diperhatikan dan usahakan telah meninggalkan lubang kolam sebelum pukul 17.00 WIB.

Sumber Gambar: bestahumendala.blogspot.com

Hal ini dikarenakan kondisi terowongan yang sangat gelap dan terkesan sangat menyeramkan. Terlebih lagi setelah pukul 17.00 WIB, suasana di dalam terowongan menjadi semakin sunyi dan senyap serta menakutkan. Oleh sebab itu, tidak sepatutnya menggunakan alat transportasi umum ketika mengunjungi lubang Kolam ini.

Tips Mengunjungi Destinasi Wisata Lubang Kolam

Kondisi terowongan mungkin terasa sangat asri dari luar, namun setelah memasuki terowongan terasa seperti memasuki gua kegelapan. Dengan menggunakan kendaraan pribadi, setidaknya mendapat cahaya lampu dari kendaraan tersebut. Selain itu kecepatannya dapat diatur. Ketika merasa ketakutan dapat dengan mudah melaju.

Jika dibandingkan dengan menggunakan alat transportasi umum, harus berjalan menyelusuri terowongan yang gelap. Selain itu senter juga harus selalu menyala dengan cahaya maksimal. Kondisi terowongan yang gelap gulita membuat cahaya flash dari smartphone tidak mampu memberikan cahaya cukup. Selain usahakan untuk senter selalu dipegang.

Sumber Gambar: riausky.com

Satu hal yang terpenting ketika mengunjungi destinasi wisata Lubang Kolam adalah tidak melakukan solo traveling / pergi seorang diri ke tempat wisata tersebut. Jika bersi keras melakukan solo traveling di Lubang Kolam, pasti akan menjadi pengalaman solo traveling terburuk.

Kondisi terowongan yang sunyi dan gelap gulita serta lebih menyeramkan dari pemakaman. Selain itu terkadang terdengar suara yang tidak diketahui asalnya. Hal tersebut dapat menjadi moment uji nyali yang takkan pernah terlupakan. Apalagi terowongan tersebut kini dijadikan sebagai habitat kelelawar. Hewan tersebut pun dapat menyerang kapan pun ketika merasa terganggu dan terancam.

Jika mengunjungi destinasi wisata tersebut dengan mengajak teman, suasana pun tidak terasa begitu sepi dan sunyi. Pikiran akan kondisi terowongan yang sangat menyeramkan dapat berkurang dan teralihkan dengan perbincangan ringan. Dengan tidak merasa sendiri rasa takut pun tidak akan terlalu kuat.

Sejarah Terowongan Lubang Kolam

Ada sebuah sumber yang menyatakan bahwa Lubang Kolam dibangun pada masa kolonial Jepang. Tetapi, terdapat sumber lain yang lebih kuat untuk menyangka hal tersebut. Sumber tersebut adalah prasasti.

Tepat di bagian dinding terowongan tertulis sebuah tahun 1927. Dari tahun tersebut, dapat disimpulkan bahwa tahun yang tertulis adalah tahun pembangunan dari terowongan Lubang Kolam ini. Sebab sangat tidak mungkin jika Jepang yang mengukir tahun tersebut. Sementara Jepang datang ke Indonesia sekitar tahun 1940an.

Sumber Gambar: travel.trubus.id

Sangat tidak mungkin bahwa tahun tersebut menggunakan perhitungan selain tahun Masehi. Karena tahun saka sendiri terhitung lebih dahulu daripada Masehi. Sementara itu sangat tidak mungkin dalam perhitungan tahun hijriyah, sebab mayoritas penduduk Jepang adalah penganut Buddha. Sedangkan tahun yang digunakan oleh kepercayaan Buddha adalah tahun saka.

Jadi dapat disimpulkan bahwa terowongan lubang Kolam dibangun pada masa kolonial Belanda, tepatnya pada 1927. Hal tersebut juga dapat dilihat dari susunan bangunan terowongan yang mengarah ke bangunan Eropa. Sedangkan masa kolonial Jepang bukan membangun terowongan ataupun jalur penghubung, melainkan membangun sebuah waduk yang berfungsi sebagai pengairan. Kini waduk tersebut dikelola oleh PLTA Kotopanjang. Dengan adanya waduk memang sangat berguna bagi setiap orang dan juga menjadi suatu bencana.

Untuk terowongan Lubang Kolam mempunyai panjang sebesar 100 meter dengan lebar / diameter ±3 meter. Bentuk dari terowongan setengah lingkaran. Terowongan tersebut kini telah diselimuti dengan tanaman liar. Terowongan tersebut mengarah ke suatu jembatan yang juga merupakan bagian dari jalur penghubung antara Sumatera Barat – Riau.

Pembangunan terowongan berfungsi sebagai jalur penghubung antar Sumatera Barat dan Riau. Terowongan tersebut menjadi jalan utama serta banyak dilalui oleh berbagai macam kendaraan. Dengan jalan penghubung tersebut jalur perekonomian pun menjadi lancar serta setiap penduduk dapat memperoleh makanan dengan mudah.

Pada sekitar tahun 1990an, sebagian dari jalan jembatan terendam air. Air tersebut berasal dari danau PLTA Kotopanjang, karena itu jalan kolam tidak dapat berfungsi sebagai jalan penghubung utama. Penduduk yang hendak pergi ke Riau maupun Sumatera Barat harus menggunakan jalur penghubung lain.

Semakin lama, genangan air Danau PLTA Kotopanjang pun melebar hingga menenggelamkan jalan seutuhnya. Bukan hanya sekedar jalan, namun beberapa perkampungan pun juga terkena dampak dari air Danau yang ikut tenggelam. Dengan peristiwa tersebut, daerah tersebut ditinggalkan hingga menjadi kawasan yang cukup sepi. Hal tersebut terjadi selama bertahun – tahun hingga pemerintah memutuskan untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai tempat wisata.

Fasilitas Destinasi Lubang Kolam

Setelah dijadikan sebagai destinasi wisata, daerah tersebut bukan lagi menjadi daerah tanpa penghuni. Melainkan menjadi destinasi wisata alam yang peninggalan sejarah yang mempunyai sensasi berbeda dari destinasi wisata lain. Lubang Kolam pun menjadi lebih terawat dan ramai dipadati para wisatawan, khususnya wisatawan setempat terutama pada weekend dan musim liburan.

Fasilitas yang tersedia juga sangat memadai dengan akses parkir yang luas, toilet, musolah dan lain – lain. Tarif tiket masuk yang diberlakukan pun tergolong cukup murah. Pesona kolam juga tidak kalah dengan pesona destinasi wisata alam lain. Air kolam yang cukup jernih dengan bebatuan di tepi membuat pesona kolam menyerupai destinasi wisata alam. Padahal kolam tersebut adalah kolam buatan. Bekas jembatan pun kini telah berubah menjadi sebuah curug kecil yang mengalir ke kolam.

Meskipun fasilitas telah cukup memadai, sangat disayangkan kondisi terowongan terasa sangat mengerikan. Dengan tanpa cahaya lampu apapun bahkan keberadaan dari hewan liar sangat berbanding terbalik dengan pesona kolam.

close

Log In

Forgot password?

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.