‘Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah dan perjuangan para pahlawannya’. Tentunya kita pun sudah tidak asing dengan ungkapan tersebut, karena memang tanpa jasa para pahlawan kita tidak akan bisa menikmati kehidupan merdeka seperti saat ini. Berbicara soal pahlawan, ada salah satu pahlawan yang cukup berjasa terhadap kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Jambi, yakni Sultan Thaha. Untuk mengenang jasa-jasanya, namanya pun diabadikan sebagai nama sebuah bandara di Jambi, yakni Bandara Sultan Thaha.
Sekilas Tentang Sultan Thaha
Sultan Thaha atau yang memiliki nama asli Raden Toha Jayaningrat adalah pahlawan nasional yang lahir pada tahun 1816 yang lalu. Pada saat berusia 39 tahun atau pada tahun 1855, Sultan Thaha diangkat menjadi Sultan Jambi untuk menggantikan ayahnya, Sultan Fahrudin atau yang bernama lengkap Muhammad Fahrudin.
Sultan Thaha sendiri memiliki pendirian yang berbeda dengan ayahnya, di mana dirinya sangat tidak menyukai kehadiran Belanda di tanah Jambi, termasuk dengan perjanjian-perjanjian yang telah dibuat dengan melibatkan pihak Belanda. Karena dia menilai bahwa perjanjian-perjanjian itu lebih banyak merugikan masyarakat Jambi dan lebih menguntungkan Belanda. Dengan pendiriannya tersebut, Sultan Thaha pun tidak lagi mengakui kekuasaan Belanda di wilayah Kerajaan Jambi dan dirinya berjanji tidak akan melakukan perjanjian apa pun dengan Belanda.
Merasa terancam dengan kepemimpinan Sultan Thaha, Belanda kemudian menggempur Kerajaan Jambi yang kala itu masih memiliki kekuatan militer cukup mengerikan. Untuk melawan Belanda, Kerajaan Jambi pun telah menyiapkan 30 armada kapal perang di Muara Tembesi. Sementara Sultan Thaha dan keluarganya memilih untuk meninggalkan istana dan bersembunyi di Muara Tembesi. Dalam pertempuran ini, setidaknya ada 3 panglima dari Kerajaan Jambi yang harus gugur.
Kemudian pada tahun 1904 Belanda menyerang tempat persembunyian sultan dan keluarganya di Muara Tembesi. Akan tetapi serangan itu gagal, karena sultan dan keluarganya berhasil meloloskan diri menuju ke hilir Sungai Aro. Dalam pertempuran di Muara Tembesi ini ada 2 panglima Kerajaan Jambi yang gugur, yakni Berahim Panjang dan Jenang Buncit.
Hingga akhir hayatnya, Sultan Thaha tidak pernah benar-benar menyerah kepada Belanda. Sultan Thaha sendiri meninggal dunia pada 26 April 1904 dalam usia senja, yakni 88 tahun. Kemudian jenazahnya dikebumikan di Muara Tebo, Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten Tebo, Jambi. Untuk menghargai jasa-jasanya, pemerintah Indonesia memberinya gelar pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden RI No. 079/TK/Tahun 1977 tanggal 24 Oktober 1977.
Makam Sultan Thaha
Meskipun Sultan Thaha sudah berpulang sekitar 115 tahun yang lalu, namun kita masih bisa mengenang perjuangannya dengan mengunjungi makamnya. Bagi kamu yang datang dari ibu kota Jambi, Kota Jambi, maka harus menempuh perjalanan sejauh 200 km dengan waktu tempuh sekitar 5 jam perjalanan darat. Tidak sulit untuk menemukan makam Sultan Thaha, karena memang lokasinya yang berada persis di tepi jalan.
Area makam Sultan Thaha sendiri cukup luas, di mana makam sang sultan berada di tengah-tengah tanah lapang dan berada di bawah lindungan pendopo yang kokoh. Makam Sultan Thaha cukup panjang dibandingkan dengan makam saat ini, karena memang orang zaman dahulu diketahui memiliki tubuh yang lebih besar ketimbang manusia sekarang. Di sekitar makam juga terdapat keramik besar berwarna hitam, yang berisikan riwayat perjuangan Sultan Thaha dalam mengusir para penjajah dari Indonesia, khususnya dari tanah Jambi, dan berisikan mengenai sajak seniman Jambi ‘Menatah Pusaka Silsilah (Satu Abad Sultan Thaha)’.
Untuk bisa berkunjung ke makam Sultan Thaha, para pengunjung tidak akan dipungut biaya sepeser pun alias gratis. Akan tetapi di dekat makam sang sultan terdapat sebuah kotak yang dimaksudnya sebagai tempat sumbangan untuk keperluan perawatan makam. Para pengunjung juga diharapkan ikut menjaga kebersihan makam dengan tidak membuang sampah sembarangan, dan menjaga sikap serta perkataan selama berada di area makam demi menghormati Sultan Thaha.
Bagaimana, tertarik berkunjung ke makam Sultan Thaha? Jika memang ada waktu, gak ada salahnya kamu berkunjung ke makam Sultan Thaha untuk berdoa dan sebagai tanda ucapan terima kasih atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.