Melihat Rumah Adat Anti Gempa Di Desa Tumori

Di Nias bagian utara terdapat satu desa wisata yang memiliki kekayaan budaya rumah adat tradisional yang lengkap, loh. Sst … rumah adat tersebut sangat kuat bahkan tetap berdiri kokoh walaupun diterjang gempa tahun 2005 lalu.

Nah, jika anda penasaran maka bisa menyambangi Desa Tumori. Seperti apa sih, penampakan rumat adat yang keren dan tangguh tersebut. Yuk, intip pada ulasan selengkapnya di bawah ini.

Akses Lokasi Ke Desa Tumori

Desa Tumori terletak di Kecamatan Gunungsitoli Barat, Sumatera Utara. Jarak Desa Tumori ini dengan pusat Kota Gunung Sitoli terbilang cukup dekat hanya sekitar 7 KM saja ke arah utara. Sementara jika anda mengambil rute dari Bandar Udara Binaka memakan waktu sekitar 1 jam untuk menuju Gunungsitoli Bagian Barat.

200 meter sebelum Desa Tumori anda akan menemukan sebuah gapura besar bertuliskan “Selamat Datang di Desa Wisata Rumah Adat Nias. Setelah 300 meter dari gapura maka akan langsung terlihat deretam rumah adat Nias bagian utara.

Oh, ya, nama “Tumori” sendiri berasal dari sebuah pohon raksasa yang ditemukan oleh pendirinya di masa lampau. Di desa ini setidaknya terdapat 10 rumah adat yang usianya sudah mencapai 50 bahkan ada yang 120 tahun. Kendati demikian kesehatan dari rumat adat tersebut masih oke-oke saja, loh.

Rumah Adat Desa Tumori

Sumber Gambar: backpackerjakarta.com

Awalnya, sih, ada 21 rumah adat, namun menurut pengakuan warga setempat di sana 9 rumah lainnya dirubuhkan oleh pihak ahli waris yang diakibatkan adanya konflik antara sesama ahli waris. Alasan lainnya yaitu ketidaksanggupan pihak ahli waris untuk menanggung biaya perawatan, Karena memang untuk biaya perawatan rumah adat sangatlah besar.

Lantas kemana dua rumah lainnya? Nah, kalau yang dua rumah lainnya, memang sudah roboh pada tahun 2005 lalu saat gempa yang menerjang Nias. Jadi totalnya hanya tinggal sekitar 10 rumah adat saja. Jika dibandingkan dengan desa wisata lainnya yang ada Nias, di Desa Tumori inilah deretan rumah adatnya yang paling lengkap.

SUmber Gambar: backpackerjakarta.com

Rumah adat di Desa Tumori bernama Omo Hada dan Omo Sebua. Bentuknya seperti  sama-sama seperti rumah panggung  Berbeda dengan Omo Hada yang dipakai sebagai tempat tinggal masyarakat pada umumnya, Omo Sebua adalah sebuah rumah untuk kepala negeri (tuhenori), kepala desa (salawa) atau kaum bangsawan.

Omo Sebua biasanya terletak di pusat desa dan bangun di atas tumpukan kayu ulin yang besar dengan atapnya yang menjulang. Alasan desain dari rumah tersebut dikarenakan budaya Nias yang dulunya kerap kali terjadi perang antar desa, membuat hal ini ikut mempengaruhi desain Omo Sebua supaya mampu  bertahan terhadap serangan.

Nah, untuk mengakses ke dalam Omo Sebua ini harus melalui tangga sempit dengan pintu kecil di atasnya. Bentuk atapnya curam dapat mencapai ketinggian sekitar 16 meter. Bangunan Omo Sebua memiliki pondasi yang berdiri di atas lempengan batu besar dengan balok diagonal yang semuanya berukuran gede-gede. Sementara itu  pada atap pelana yang terdapat di bagian belakang dan depan, juga mampu memberikan perlindungan yang sangat baik terhadap hujan, loh. Hmm. Hmm unik sekali, ya.

Lantas bagaimana dengan Omo Hada?

Sumber Gambar: gema-budaya.blogspot.com

Pintu Omo Hada dibuat untuk menghubungkan setiap rumah, jadi memungkinkan warga untuk berjalan di sepanjang teras tanpa perlu lagi menginjakkan kaki ke tanah. Total tiang yang menyangga Omo Hada adalah enam tiang. Dua tiang tertutup oleh papan dinding kamar utama sementara empat tiang lainnya berada di ruang tengah,

Nah, dua tiang yang ada di tengah rumah itu disebut Simalambuo. Simalambuo ini berupa kayu bulat yang menjulang dari dasar sampai puncak Omo Hada. Dua tiang lainnya yang berada ditengah serta dua tiang dikamar utama bernama manaba. Manaba berasal dari pohon berkayu keras yang dibuat empat segi.

Setiap tiang tersebut memiliki lebar dan panjang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Semakin lebar jarak antar tiang Simalambuo dengan tiang Manaba mengintepretasikan bahwa semakin berpengaruh pula si pemilik rumah tersebut.

Sumber Gambar: travel.detik.com

Beberapa Omo Hada saat ini sudah menggunakan pernis serta bercat masa kini walau bentuk aslinya sama sekali tidak berubah. Terkecuali pintu masuk yang semula dari bawah kolong sekarang dari samping melalui tangga kayu supaya tamu mudah untuk masuk ke dalam. Selain itu atap yang dulunya terbuat dari daun rumbia sekarang telah berganti menjadi seng karena mahalnya daun rumbia serta jarang sekali pengrajinnya.

Sumber Gambar: Instagram @sellianeishak

Baik Omo Sebua maupun Omo Hada sama sekali tidak memiliki jendela hanya diberi teralis kayu tanpa dinding, sehingga setiap orang yang berada di luar rumah dapat mengetahui dengan mudah siapa saja yang ada di dalam rumah tersebut.

Sumber Gambar: Instagram @sellianeishak

Desain ini dibuat bukan tanpa alasan melainkan sebagai tanda bahwa orang Nias bersikap terbuka. Jadi siapapun di desa dapat mengetahui acara yang diselenggarakan di dalam rumah terutama dengan acara yang berkaitan dengan adat dan masalah masyarakat setempat.

Jika anda memperhatikan  kayu yang dipakai pada Omo Sebua atau Omo Hada secara lebih detail, maka akan terlihat banyak kayu yang berukir menghias interior dan dan ekstetior rumah hal ini menandakan bahwa orang Nias memiliki rasa seni yang tinggi.

Alasan Omo Sebua dan Omo Hada Tahan Terhadap Gempa

Anda mungkin bingung kenapa Omo Sebua dan Omo Hada tidak rubuh saat terkena gempa. Faktanya  rumah adat tersebut hanya bergeser sedikit saja, padahal usianya sudah mencapai ratusan tahun. Anehnya justru rumah rumah modern yang terbuat dari batu bersemen dengan rancangan masa kini lah yang malah hancur diporakpondakan oleh gempa.

Ternyata alasannya adalah karena kayu yang dipakai untuk rumah bersifat elastis jadi ketika gempa terjadi rumah juga ikut bergerak sesuai dengan guncangan bumi.  Jika anda perhatikan tiang-tiang penyangga rumah memang tidak beraturan ada yang ke atas, ke bawah, ke samping, dan terlihat menyerupai huruf X. Namun hal itulah yang membuatnya tahan terhadap gempa.

Sumber Gambar: Instagram @sellianeishak

Nah, itulah keunikan dari rumah adat yang ada di Desa Tumori. Anda yang datang kesini bisa melihat serta memotretnya dari dekat. Tenang warga disana ramah-ramah, kok. Asal anda berkunjung dengan sopan maka akan disambut dihangat.

Rumah adat di Desa Tumori menjadi sebuah bukti bahwa nuasantara memang di anugerahi beragam kebudayaan. Warisan budaya luhur inilah yang harus senantiasa dipertahankan dan dijaga sampai kapanpun.

Akhir kata, terima kasih sudah mambaca artikel ini dan sampai bertemu lagi pada pembahasan menarik berikutnya.

close

Log In

Forgot password?

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.