Aceh pernah dilanda gelombang tsunami dahsyat pada 26 Desember 2004 yang lalu. Bencana kemanusiaan terbesar di abad ke-21 itu setidaknya merenggut lebih dari 200 ribu korban jiwa. Setelah 14 tahun berlalu, Aceh kini mulai berangsur-angsur pulih kembali menata kehidupan dan kondisi ekonominya.
Meskipun demikian, tetap saja bencana tsunami tak bisa dilupakan begitu saja, terutama bagi warga Aceh. Oleh sebab itu, dibangunlah sebuah museum untuk memperingati dahsyatnya bencana tersebut di Banda Aceh. Ya, museum itu bernama Museum Tsunami Aceh, yang dibangun oleh Badan Rekonstruksi dan Rehabilitas NAD Nias sejak tahun 2007 yang lalu di atas lahan seluas 10.000 meter persegi, dan selesai dibangun dan diresmikan pada tahun 2009 yang lalu. Kemudian baru pada tanggal 8 Mei 2011 museum yang menelan biaya pembangunan sebesar 140 miliar rupiah itu dibuka untuk umum. Untuk desainnya sendiri berasal dari pemikiran wali kota Bandung saat ini, Ridwan Kamil.
Lokasi Museum Tsunami Aceh
Lokasi Museum Tsunami Aceh cukup strategis, karena terletak di jantung ibu kota provinsi Aceh, Banda Aceh dan hanya berjarak 500 meter dari masjid Baiturrahman. Untuk lokasi persisnya, museum ini berada di jalan Sultan Iskandar Muda, kecamatan Baiturrahman, kota Banda Aceh, Aceh. Lokasinya yang cukup strategis membuat wisatawan bisa dengan mudah menjangkau lokasi Museum Tsunami Aceh, baik dengan menggunakan angkutan umum atau dengan kendaraan pribadi.
Pesona Museum Tsunami Aceh
Meskipun berasal dari luar Aceh, namun saya jamin kamu tak akan kesulitan menemukan Museum Tsunami Aceh, karena memang museum ini memiliki bangunan yang sangat megah dan unik. Jika dilihat dari samping, bangunan ini akan terlihat seperti sebuah kapal raksasa yang dihiasi ornamen cantik. Namun jika dilihat dari atas, desain dari bangunan ini akan merefleksikan gelombang tsunami yang waktu itu meluluhlantahkan Tanah Rencong.
Bangunan museum ini sendiri terdiri dari empat lantai, yang di mana setiap lantai memiliki fungsi, filosofi, serta bentuk yang berbeda-beda. Saat pertama kali memasuki museum, para wisatawan akan memasuki sebuah lorong yang dinamakan Space of Fear. Lorong ini memiliki panjang 30 meter dan tinggi 23 meter, yang merepresentasikan tingginya gelombang tsunami kala itu. Lorong ini dibuat cukup sempit, dengan kedua sisi dindingnya dialiri air dan hanya diberi cahaya remang-remang, yang menggambarkan kepanikan masyarakat Aceh ketika gelombang tsunami menerjang.
Setelah melalui Space of Fear, para pengunjung akan memasuki ruangan yang dinamakan Space of Memory. Di ruangan ini para pengunjung akan disuguhkan berbagai foto yang memperlihatkan betapa dahsyatnya gelombang tsunami kala itu. Para pengunjung pun seolah-olah diajak kembali ke masa lampau untuk mengenang bencana dahsyat tersebut.
Kemudian para pengunjung akan memasuki ruangan bernama Space of Sorrow atau yang dikenal sebagai The Light of God. Ruangan ini sendiri berbentuk seperti cerobong dengan ketinggian 30 meter, yang di mana dindingnya terdapat nama-nama korban tsunami Aceh. Ruangan ini pun sengaja didesain dengan pencahayaan yang minim, hanya ada secercah cahaya yang menerangi lafadz ‘Allah’. Ruangan ini dibuat untuk menggambarkan hubungan antara manusia dan Tuhan, serta untuk menggambarkan bagaimana rakyat Aceh kala itu terus berdoa memohon pertolongan kepada Allah dari bencana tsunami.
Selanjutnya para pengunjung akan dibawa memasuki ruangan Space of Confuse, yang di mana ruangannya sendiri dibuat berkelok-kelok, memutar, tidak rata, dan gelap. Ruangan ini sendiri menggambarkan bagaimana kebingungan, kepanikan, serta keputusasaan yang dirasakan oleh warga kala tsunami datang meluluhlantahkan dataran Aceh.
Kemudian para pengunjung akan memasuki Space of Hope atau biasa disebut juga dengan jembatan harapan. Di jembatan ini para pengunjung akan melihat 53 bendera negara-negara di dunia, serta bebatuan yang terdapat di tepi kolam yang berada di bawah jembatan. Di bendera-bendera tersbeut juga terdapat tulisan damai, yang diartikan ke dalam bahasa negara masing-masing. Space of Hope dibuat sebagai rasa ucapan terima kasih kepada 53 negara yang telah memberikan bantuannya dalam proses pemulihan dan rekontruksi pasca tsunami.
Fasilitas di Museum Tsunami Aceh
Fasilitas di sini sangat lengkap, mulai dari area parkir yang sangat luas hingga tersedianya toilet untuk pria dan wanita. Ada juga mushalla yang terletak di lantai 3 serta beberapa toko yang menjual souvenir khas Aceh.
Di lantai 3 juga terdapat perpustakaan dan ruang geologi. Di ruang geologi ini para pengunjung bisa mendapatkan pengetahuan mengenai bencana yang disimulasikan dengan peralatan yang modern. Sementara di lantai 4 atau lantai paling atas hanya difungsikan sebagai tempat penyelamatan jika sewaktu-waktu terjadi tsunami di masa depan. Hanya saja para pengunjung dilarang memasuki ruangan tersebut, karena memang hanya akan dibuka ketika terjadi situasi darurat.
Harga Tiket Masuk ke Museum Tsunami Aceh
Kamu tak perlu membeli tiket untuk masuk ke Museum Tsunami Aceh, alias gratis. Museum ini sendiri dibuka untuk umum setiap hari mulai pukul 09.00 hingga 16.30 WIB.