Ketika memiliki waktu luang yang cukup panjang pastinya sebagian orang memilih untuk pergi ke tempat wisata atau mungkin hanya dirumah saja untuk sekedar beristirahat setelah penat menjalani aktivitas sehari-hari. Berpergian keluar negeri atau keluar kota bisa menjadi pilihan buat kamu yang masih bingung ingin mengisi liburan dimana, tapi bagi kamu warga Bali yang enggan pergi jauh-jauh atau bagi kamu yang sudah ada planning liburan ke Bali dan masih bingung mau kemana saja selama disana ada baiknya menyimak ulasan dari Wisato.id kali ini.
Pulau Bali memang dikenal dengan keindahan pantainya dengan air laut yang jernih, sinar matahari terik dan juga hamparan pasir yang rata-rata berwarna putih bersih. Duduk santai di pinggir pantai sambil menunggu sunset atau sun tanning nampaknya asik dilakukan di Bali, disana banyak sekali pantainya sehingga kamu tak perlu khawatir bila di 1 pantai terlalu ramai maka kamu bisa pindah ke pantai lainnya.
Selain mengunjungi pantai – pantai di Bali, kamu juga harus mencoba wisata lain misalnya melihat wisata religinya. Di huni oleh mayoritas masyarakat beragama Hindu tidak heran membuat Bali dikenal dengan juluka “Pulau Seribu Pura”. Di Bali, pura tidak hanya digunakan sebagai sarana ibadah umat Hindu saja tetapi juga dibuka bagi kalangan umum untuk berwisata dengan tujuan agar budaya, adat istiadat dan nilai keagamaan di Bali bisa dikenal hingga ke wisatawan asing dan bisa dihargai keberadaannya. Salah satu pura di Bali yang bisa kamu datangi adalah Pura Pengukur Ukuran yang berada di Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Yuk, simak ulasan lengkapnya dibawah ini!
Kisah Pura Pengukur Ukuran
Mungkin ketika mendengar namanya sebagian orang merasa bingung akan keberadaan pura ini, namanya memang belum tersohor tetapi Pura Pengukur Ukuran di Kabupaten Gianyar ini memiliki kisah sejarah dibaliknya yang pantas untuk kita ketahui. Pura dengan ketinggian 400 MDPL ini berada di sisi sebelah barat dari Tukad Pakerisan yang mempunyai pemandangan yang indah serta sejuk. Sedikit membahas kisah dari pura ini, sumber otentik tentang keberadaan pura ini ada dalam Prasasti Pengukur Ukuran atau Prasasti Ambang Pintu.
Konon, penamaan pura yang luasnya 2 hektare ini tidak sembarangan saja disematkan melainkan ada artinya yaitu karena pada zaman dahulu di pura ini menjadi tempat para raja mengukur tanah Bali dan juga mengukur kekuatan seseorang termasuk saat itu mengukur kemampuan Kebo Iwa yang merupakan seorang dari Kerajaan Bedahulu yang dimana ia melamar untuk menjadi patih sehingga harus diukur dulu kemampuannya dan ia berhasil melalui seluruh ujian tersebut. Pura Pengukur Ukuran masuk dalam jenis Pura Dang Kahyangan yang artinya dibangun untuk menghormati Sang Maharsi atau notabenenya merupakan tempat pemujaan di era kerajaan dahulu.
Bangunan Pura Pengukur Ukuran
Tidak berbeda jauh dari pura pada umumnya, Pura Pengukur Ukuran dibagi menjadi 3 bagian utama yang masing-masing dibatasi oleh tembok keliling mulai dari halaman luar atau jaba luar, halaman tengah atau jaba tengah dan halaman dalam yaitu jeroan sebagai tempat yang sakral. Memasuki area pura maka kamu akan menginjakkan kaki di jaba luar, disini kamu akan merasakan kedamaian dan suasana sepi karena pura ini berada jauh dari jalan utama atau jalan raya. Di jaba luar ada bale jajar, bale kulkul, panggungan dan wantilan yang biasanya digunakan untuk berkumpul, ada juga 2 buah pelinggih yaitu Pelinggih Sedahan Apit Lawang.
Untuk memasuki area jaba tengah kamu harus melewati sebuah gapura yang berbentuk Candi Bentar, di area ini terdapat 16 bangunan dan pelinggih-pelinggih di bagian selatan serta ada 2 bangunan dengan keempat sisinya yang terbuka. Pada sisi utara jaba tengah ada Pelinggih Cempane, di sisi utara dekat dengan Candi Bentar yang menuju ke jeroan terdapat Pelinggih Ratu Bujangga yang didalamnya ada Arca Siwa Guru, Prasasti Pura Pangukuran dan arca, lalu di utara Pelinggih Ratu Bujangga kamu akan melihat ada Pelinggih Gedong Ratu Panji dan juga terdapat wantilan yang bisa digunakan untuk bersiap-siap sebelum umat Hindu bersembahyang di bagian dalam (jeroan).
Pada bagian jeroan inilah tempat dimana umat Hindu bersembahyang sehingga halaman dalam (jeroan) adalah tempat yang paling sakral dan didalamnya terdapat Candi Agung berbahan batu padas yang dijadikan pelinggih pusat, di depan Candi Agung terdapat Bale Pasamuhan, di utara ada Gedong Penyawangan Ida Batara di Pura Gunung Agung, Pelinggih Penyawangan Ida Batara di Pura Batur, Gedong Stana Ida Batara di Gunung Lebah dan Ida Batara di Tirta Empul, lalu ada juga Pelinggih Ratu Tukang sebagai tempat warga memohon izin sebelum mereka membuat sesajen.
Bangunan yang menjadi daya tarik di jeroan adalah Candi Agung, candi ini merupakan peninggalan dari 2 zaman yaitu zaman pra sejarah dan zaman sejarah. Setelah melihat bagian dalam (jeroan) kamu bisa mengunjungi petirtaan di sisi selatan pura yang kini digunakan sebagai sumber air suci dan tempat mencuci beras yang digunakan untuk upacara, areanya banyak tumbuh pepohonan rindang layaknya di hutan.
Jika kamu keluar dari sisi selatan maka kamu akan menemui anak tangga sejumlah 55 buah yang menuju ke dekat Sungai Pakerisan, pada salah satu anak tangga kamu akan melihat sebuah telapak kaki besar yang diyakini sebagai bekas telapak kaki Kebo Iwa. Anak tangga yang sudah kamu turuni tadi akan membawamu ke sebuah tempat yaitu Goa Garba, tempat ini berbentuk ceruk yang dipahatkan pada tebing batu padas dan memanjang dari utara ke selatan.
Rute ke Pura Pengukur Ukuran
Lokasi pura ini berada di Jl. Kelusu, Desa Pejeng Kelod, Gianyar. Pura ini berada jauh dari jalan raya atau jalan utama sehingga untuk mencapainya harus melewati berbagai jalan kecil layaknya gang. Bila kamu memulai perjalanan dari Ubud maka jaraknya kurang lebih 6 km atau berkendara selama 15 menit melewati objek wisata Goa Gajah – Yeh Pulu – Pura Penataran Sasih sedangkan bila dari Gianyar jaraknya sekitar 7 km melewati obyek wisata Air Terjun Bandung.